Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Alhamdulillah, apa kabar hari ini? Kami bersyukur masih diberi nikmat sehat pada hari ini. Beraktivitas bersama keluarga dengan baik, dibilang menyenangkan terus juga tidak namun tetap bisa membuat bibir menyunggingkan senyum bahagia. Minggu ini sudah minggu ke 6 bekerja dari rumah dan bersekolah dari rumah. Hmmm, sudah mulai bosankah? Sejujurnya sudah. Namun saat ini, kondisi terbaik adalah memang #dirumahsaja. Nah, kali ini kami akan bercerita tentang rasa di hati ini selama #dirumahsaja dan ingin berbagi bagaimana mensikapinya.

**** Betah di Rumah ****
Kami ini adalah keluarga dengan karakteristik introvert dan memiliki hobi menikmati hari-hari dengan gaya yang berbeda. Mungkin hanya kakak yang berbeda, dia paling senang bergaul dibanding kami semuanya. Hampir 6 minggu di rumah, sejujurnya ini sangat menyenangkan bagiku (terutama) karena aku memang paling hobi berada di rumah saja berkutat dengan tiduran, laptop, mengetik, menonton dan beberes. Namun apabila sepanjang minggu harus di rumah terus juga lama-lama bosan, kangen bertemu dengan kawan di kantor dan di kampus untuk sekadar ngobrol bersama atau melalui perjalanan menuju kantor dan kampus dengan lalu lalang manusia. Kadang kangen juga pergi liburan. Tak ada pilihan lain selama pandemi Si Covid-19 ini, kami harus bisa menerima senang maupun tidak senang untuk lebih banyak beraktivitas di rumah dan membangun suasana agar anak-anak juga betah bermain di rumah saja. Ada 3 sikap utama yang coba kami lakukan agar bisa betah di rumah, apa saja kah itu?
#1. Menerima
Menerima itu tak mudah bagi sebagian orang apalagi menerima sesuatu yang mungkin tidak disukai. Bagiku berada di rumah setiap hari menjadi menyenangkan di kala aku yang berstatus sebagai ibu bekerja di ranah publik dan di ranah domestik ini. Di hari-hari kemarin sebelum diberlakukan karantina wilayah, aku selalu mengharapkan bisa bekerja dari rumah. Kini ketika itu terwujud, ya di awal minggu aku menikmatinya dengan luar biasa senang. Namun, lama-lama menjadi rungsing. Loh kenapa? Ya karena statusku bertambah selain menjadi ibu rumah tangga, aku juga masih berstatus pegawai dan mahasiswa ditambah lagi menjadi guru SD bagi kakak dan guru TK bagi adek. Penerapan karantina wilayah menjadikan pegawai bekerja dari rumah, mahasiswa dan murid SD belajar dari rumah.
Pada hari biasa, aku berbagi peran dengan guru di sekolah anak-anakku. Kini semua peran ada di pundakku. Berat, iya berat rasanya namun harus bisa menerima kondisi ini. Ya masak di tolak, kasian anak-anakku belajarnya, kemudian nasibku sebagai mahasiswa juga merana nantinya, belum lagi pekerjaanku, bisa terancam gak dapat gaji apabila gak dikerjakan. Jadi ya harus diterima bukan? Semoga kedepan akan terasa lebih ringan apabila sudah terbiasa. Selalu tersenyum 😉
#2. Menjalani
Sehabis diterima trus diapain? Ya dijalani dong. Kalo diterima namun tidak dijalani nanti jadinya menumpuk kan. Setiap hari mulai disusun jadwal, buat kakak apa? buat adek apa? target kuliahku bagaimana? pekerjaan kantor yang harus selesai apa? Cek logistik dapur masih ada atau tidak? kapan menjadwalkan ke luar rumah untuk belanja logistik? Semua harus disusun agar tidak terlewat, walaupun terkadang aku tidak rutin membuat catatan akhirnya penuh semua di kepala. Akhirnya langsung merasa linglung, “Apa ya yang kurang atau belum kukerjakan?”. Biasanya hiburan kami adalah dengan jalan-jalan keliling Bandung atau sekadar makan bersama di luar.
Selama karantina ini, ya hiburannya adalah suasana berantem anak-anak (kalo lagi berantem), bercandanya anak-anak (kalo lagi akur), memasak (kalo lagi mau dan ada ide), nonton TV (kalo ada yang menarik untuk ditonton). Ya setidaknya melakukan apa saja yang bisa membuat hati senang aja siy. Kemarin sebelum penerapan PSBB (Pembatasan Skala Berskala Besar), kami seminggu sekali mengajak anak-anak keluar, walaupun tak keluar dari mobil sama sekali. Sekarang setelah penerapan PSBB ya memang tak bisa kemana-mana. Naik mobil kan diberi batasan jumlah penumpangnya. Praktis ya #dirumahsaja.
#3. Bersyukur
Nah, ini sikap utama yang paling puncak. Tidak ada rasa yang paling bahagia selain rasa syukur. Setelah kita bisa menerima, kemudian kita menjalaninya, akan terasa lebih lengkap kebahagiaan dan keikhlasan kita adalah dengan adanya rasa syukur. Jadi, ya untuk kondisi saat ini, kami banyak bersyukur dengan apa yang sudah ada di depan mata kami untuk kami selesaikan. Beraneka jadwal kegiatan anak-anak, tugas dari kantor, permintaan tim dapur dan berkejaran dengan batas waktu pengiriman tugas dan penyelesaian proposal penelitian harus diterima dan dijalani. Alhamdulillah, sampai dengan hari ini satu persatu bisa terselesaikan dengan baik walaupun ada satu-dua yang luput dari perencanaan. Stres gak? Iyalah terkadang ada hari yang kami lalui dengan penuh kepusingan, namun ada hari yang kami lalui dengan santai. Semua kami rasakan.
“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar”
Qs. Al baqarah: 152
Alhamdulillah, Wassalamu’alaykum.
#Day8 #BPNRamadhan2020 #MenulisBahagia