Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Alhamdulillah sudah hampir 2 tahun ini aku mengikuti kegiatan ODOJ bersama ibu-ibu muslimah dari berbagai daerah. Dari diskusi ODOJ yang dilakukan via whatshapp (WA), aku mendapatkan ilmu agar kami selalu istiqomah dalam mengikuti ODOJ. Ya yang namanya hambatan dan alasan pasti akan selalu menyapa kita bukan? Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Aku pun semangatnya terkadang naik turun kayak bendungan karet, namun kebersamaan dalam kelompok ODOJ ku mampu membuatku bertahan. Nah, apa saja kah ketujuh langkah tersebut? Berikut ini jabarannya.
#1. Ar-Roghbah
“Ar-Roghbah” diartikan sebagai kemauan yang keras. Kemauan untuk bersama dan berinteraksi terus dengan Al-Qur’an. Kemauan ini harus diungkapkan dan dituliskan. Misalnya dengan menuliskan target tilawah Al-Qur’an 1 juz/hari, target muroja’ah (mengulang hapalan) 1 juz/hari dan target ziyadah (tambahan hafalan) 1 halaman/hari pada buku rencana kita.
Ada beberapa penyebab rendahnya “Ar-Roghbah” berinteraksi dengan Al-Qur’an, yaitu keimanan yang lemah dan sangat cinta dunia. Betapapun sibuknya kita, apabila memiliki kemauan yang keras pasti akan selalu ada waktu yang akan kita sisihkan. Walaupun itu pada akhirnya mengorbankan waktu-waktu yang dengan kita sendirinya sadari tidak terlalu bermanfaat semisal menonton TV, banyak ngobrol, update status, berlama-lama berkutat dengan media sosial. Kemauan yang keras juga akan memicu bantuan dari Allah SWT yaitu dibukakan jalan berupa kelapangan waktu, tenaga dan kesempatan. Ingat dengan pepatah “Man Jadda, Wajada” (Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil).
#2. At-Tanfidz
“At-Tanfidz” diartikan sebagai aksi/tindakan. Ar-Roghbah saja tidak cukup, harus berlanjut ke AKSI. Jadi, apa yang sudah dituliskan tadi diaplikasikan dan dilakukan. Kemudian didukung dengan banyak mendengar murottal Qur’an, perbanyak koleksi murottal dengan berbagai Qori, membaca buku tentang Al-Qur’an. Ikut komunitas dan membentuk komunitas tahsin dan tahfizh juga salah satu cara ampuh karena interaksi dengan Al Quran itu akan lebih kuat jika bersama-sama.
#3. At-Tashobbur
“At-Tashobbur” diartikan sebagai menyabar-nyabarkan diri. Artinya lebih dalam dari sekedar “sabar”. Tidak hanya “sabar”, tapi “menyabar-nyabarkan” diri untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an. Terkadang perlu untuk memaksa diri berinteraksi dengan Al-Qur’an dalam porsi yang besar. Kemudian tidak “melarikan diri” darinya. Seberat apapun hambatan yang kita hadapi, kita tetap harus memaksakan diri untuk sabar.
#4. At-Taladzudz
“At-Taladzudz” diartikan sebagai menikmati. Ketika sudah menyabarkan diri bersama Al-Qur’an dengan porsi yang besar, memenuhi targetannya, maka yang awalnya terasa sulit, akhirnya menjadi “menikmati” semuanya. Kalau kata orang “bisa karena biasa”.
#5. Al-Mudawamah
“Al-Mudawamah” diartikan sebagai terus-menerus bersama Al-Qur’an. Karena telah terasa nikmatnya bersama Al-Qur’an, maka tidak akan rela jika satu hari pun terlewat bersamanya. Langkah ini adalah langkah penting sebagai bentuk syukur nyata kita telah diberi kenikmatan iman dan islam, serta kelapangan waktu, kesehatan dan segala hal sehingga memungkinkan untuk terus berinteraksi dengan Al Qur’an
#6. Al-Iktsaar
“Al-Iktsaar” diartikan sebagai banyaknya waktu yang digunakan untuk bersama Al-Qur’an. Waktu menjadi produktif bersama Qur’an. Jadi, pada Al-Mudawamah terletak pada frekuensi berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah terus-menerus, maka pada Al-Iktsaar adalah memperbanyak kuantitasnya.
#7. Al-Istiqomah
Istiqomah berada di akhir. Ya, karena sulitnya untuk istiqomah ini dan untuk menjadi istiqomah diperlukan waktu yang cukup panjang dan setelah melewati berbagai tahapan. Istiqomah, dengan kemantapan hati berinteraksi dengan Al-Qur’an baik itu membaca, menghapal, membaca tafsir, dan mengamalkannya dalam kehidupan hingga Allah SWT memanggil kembali pada-Nya. Memulai itu jauh lebih mudah dibanding mempertahankan.
Yuk semangat bertilawah ya kawan.
#Day28 #EstrilookCommunity #ODOP
Alhamdulillah. Wassalamu’alaykum.
