Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Tahun ini usiaku masuk kepala 4, alhamdulillah aku tetap merasa bersemangat untuk memperbaiki diri. Baik membekali diri dari sisi ilmu parenting, ilmu agama, maupun ilmu yang menunjang pada karir dengan belajar dari berbagai lingkungan. Allah SWT memberikan kemudahan bagiku untuk berada di dalam lingkungan yang sangat mendukung untuk belajar. Tulisan ini merupakan bagian dari seri “Cerita S3 ku”. Sapa tau perjalanan ku dalam belajar nanti dapat bermanfaat bagi kawan-kawan yang berkunjung ke rumah menulisku ini dan memiliki niat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih lanjut.
Baca juga: https://novya.id/gerbang-itu-sudah-terbuka/
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”
Kita pasti sering mendengar atau membaca tentang kalimat di atas. Ini lah yang menandakan bahwa belajar atau menuntut ilmu itu tidak ada batas usia dan tidak memandang usia. Batasan yang ada adalah kematian. Jadi selama kita masih bernafas, kita berhak untuk diberi kesempatan untuk belajar. Aku pun termotivasi untuk tetap terus belajar dan memperbaiki diri walau usia dah menjelang kepala 4. Kata kakak “Aku mau sekolah S2 biar seperti ibu” (salah satu tujuan aku belajar adalah agar bisa menjadi role model bagi anak-anakku untuk selalu semangat memperbaiki diri melalui belajar).
Usia kepala 4 itu sebenarnya belum tua juga loh (maksa dikit lah). Usia kepala 4 adalah usia penentu (ada disebutkan khusus tentang usia 40 tahun di dalam Al Qur’an loh). Mahasiswa S3 mayoritas juga usianya kepala 4, jadi ya aku tuh bukan satu-satunya bukan? -hehehehe. Sebenarnya ini antara percaya diri dan tidak percaya diri – hahahaha. Jadi berusaha membesarkan hati bahwa insyaAllah aku bisa menjalaninya dengan baik dan lancar serta memperoleh ilmu dan pembelajaran yang baru dalam episode kehidupanku. Ya sapa tahu kelak akan memberikan manfaat bagiku dan keluargaku. aamiin.
Bekal utama memasuki Gerbang S3
Sejak memutuskan untuk meneruskan pendidikan, aku mulai membaca-baca tulisan di internet tentang persiapan yang harus kita miliki untuk menjadi mahasiswa S3. S3 ini sangat berbeda dengan S2 apalagi S1. S3 akan banyak berinteraksi dengan literatur dan penelitian. Dari kurikulum dan silabus pun jauh berbeda. Mata kuliah yang ada hanya 5 mata kuliah dan itu diambil pada semester 1 dan semester akhir. Mata kuliah yang diberikan bukan tentang materi keilmuan terkait topik namun tentang filsafat pengetahuan, metodologi penelitian, analisa data dan persiapan proposal serta penelitian. Pada semester 2 hingga semester 5 adalah penelitian dan laporan kemajuan. Hmmm, apakah sudah siap? Ya harus siap, kan gerbangnya sudah dibuka. Lalu, bekal apa saja yang harus kita siapkan?
#1. NIAT YANG BAIK
Ketika kita bicara niat, maka kita langsung terhubung dengan Sang Pencipta kita. Niat yang mengetahui hanya Allah SWT dan kita sendiri. Niat ini adalah langkah awal yang harus dirangkai dengan baik oleh diri kita. Mulailah setiap langkah dalam kehidupan kita dengan niat baik, agar kelak kedepan selalu dilimpahi kebaikan dan menghasilkan sebuah keluaran yang baik juga. Semua hal itu tergantung dari niatnya.
“Innamal a’maalu bin niyyah”
(Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat)
Niat yang kuat akan membangkitkan semangat dalam diri kita ketika kita merasa lelah, capek dan hilang arah. Dari beberapa sumber yang kubaca, S3 itu kalo tidak dimulai dengan niat baik maka akan hilang arah ditengah-tengah. Nah loh? Baiklah, mari kita luruskan kembali niat kita eh kok kita, niat aku maksudnya – hehehehe. Tapi harus diingat ya bahwa semua perbuatan itu tergantung dengan niatnya, makanya semua harus meluruskan kembali niatnya bukan? -maksa harus bersama-sama.
#2. MENTAL YANG KUAT
Menurut Pak Joko Luknanto, Dosen ku sewaktu S1 dulu. Dalam tulisan di blognya, beliau menyampaikan bahwa menuju S3 itu harus memiliki mental yang kuat. S3 itu adalah jenjang pendidikan yang tergantung pada diri kita. Berkaitan dengan semangat dan mental kita, berkaitan dengan pemahaman keilmuan kita, berkaitan dengan hubungan kita dan dosen pembimbing, berkaitan dengan road map studi yang kita susun dan sepakati dengan promotor dan co-promotor kita.
Ketika membaca tulisan beliau dengan saksama, aku pun kembali menata diri dan mental. Diskusi dan berbagi cerita dengan Pak Suami sebagai pendukung terkuat dan terdekat kita, wajib kita lakukan. Ada satu alasan yang kugunakan untuk menguatkan mental yaitu sebuah kalimat “Harus selalu semangat, tidak boleh kendor, kalo kendor namanya kolor, kalo kendor maka tekor Rp. 15 juta/semester”. Lucu gak? Eh, gak boleh melucu loh hanya bercanda saja biar menghalau stres dan panik mengetahui ngerinya sekolah S3 itu. Intinya niat dan mental itu harus selalu bersamaan. Niat diluruskan, mental pun ikut diperkuat. Masih pada semangat kan yang baca? – hehehehe.
#3. ROADMAP STUDI YANG JELAS
Bicara tentang roadmap atau peta jalan, pastinya kita akan membicarakan terkait rencana studi kita. Peta jalan ini disusun sesuai dengan kurikulum. Mengapa peta jalan studi ini harus jelas? Karena diibaratkan sebuah jalan, apabila tidak jelas dapat menyebabkan kita tersesat. Gak mau kan kita berhenti lama di tengah jalan tanpa tahu kita akan kemana? Tanpa peta jalan, bisa diibaratkan juga seperti kita mencari jarum dalam tumpukan jerami yang menggunung (jangan dibayangkan kawan, itu sangat berat, biarkan dylan saja yang membayangkannya -hehehehe).
Bagaimana dengan peta jalan studiku? Tenang kawan, aku sedang mematangkannya karena aku berharap dapat selesai tepat waktu kali ini. Pengalaman buruk sewaktu S2 yang tidak tepat waktu sangat menimbulkan ketakutan dan trauma yang dalam. Peta jalan ini bagian terpenting dari perjalanan dikarenakan S3 sangat bergantung pada diri kita. Setelah melihat kurikulum kemarin di website fakultas, aku sempat merasa kecil sekali. Wow, mata kuliah hanya ada 3 yaitu Filsafat Ilmu Pengetahuan, Metodologi Penelitian dan Kolokium. Sewaktu S2 ini baru kita terima di semester 2. Hmmm, sedikit panik ketika akan memantangkan peta jalan. Tapi aku gak sendirian kan ya? ada promotor dan co-promotor.
#4. MANAJEMEN WAKTU YANG SANGAT BAIK
Manajemen waktu. Yup, salah satu kebiasaan burukku adalah menunda. Menunda merupakan bentuk dari manajemen waktu yang buruk. Selain menunda, aku masih mengandalkan jurus “the power of kepepet“. Berdasarkan pengalaman, menyelesaikan pekerjaan di ambang batas waktu memang bisa namun hasil yang diperoleh tidak optimal dan maksimal. Bahkan cenderung melahirkan sebuah produk ala kadar saja. Duh, sayangkan kalo sebuah perjuangan harus berakhir dengan produk ala kadar. Kembali teringat perjuangan S2 lalu, jujur aku merasa tidak puas dengan tesisku. Harusnya aku bisa lebih baik dari itu, begitupun komentar dari Dosen Pembimbingku “Kamu bisa jauh lebih baik dari ini”. Sampai detik ini, itu masing terngiang-ngiang di pikiranku. Semoga episode kali ini lebih baik dari episode sebelumnya.
Skema kurikulum sudah tertata rapi, ikuti saja dengan tertib. Nah, apakah kalian ada yang suka menunda juga? Duh, jangan deh, mendingan segera taubat. Semoga aku bisa memperbaiki kebiasaan burukku ini menjadi sebuah kebiasaan baru yang baik. Baiklah, yuk mari mengatur waktu dan mood yang selalu baik. Kendala terbesar dalam manajemen waktu ini adalah semangat untuk konsisten. Awalnya masih panas, masih semangat dan selalu terpacu, di tengah-tengah melempem seperti kerupuk yang tak ditutup toplesnya dan untuk bangkitnya kembali sangat susah. Apakah ada yang mau berbagi tips untukku dalam mengatur waktu yang baik? Please tulis di kolom komentar ya kawan! 😊
#5. RAJIN MEMBACA
Nah, seorang mahasiswa S3 itu harus rajin, bisa dan suka membaca. Co-promotor aku membuatkan jadwal bimbingan dengan meminta aku presentasi hasil membaca paper/jurnal setiap akhir minggu yaitu pada hari jumat. Membaca paper harus dilakukan setiap hari dari hari Senin sampai dengan hari Jumat. Papernya bukan berbahasa Indonesia apalagi bahasa Jawa ya kawan, namun berbahasa Inggris (maboknya dobel). Sedangkan hari Sabtu dan Minggu digunakan untuk membaca buku yang berkaitan dengan topik penelitian kita. Ya memang tingkat S3 itu melakukan pembaruan teori, ya mau gak mau harus rajin membaca dan membaca.
Jadi ingat materi Level 5 Bunda Sayang IIP. Bahwa membaca itu erat kaitannya dengan ketrampilan berbahasa. Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis sangat diperlukan bagi seorang mahasiswa S3. Dari materi ini disampaikan juga bahwa mayoritas orang adalah BISA membaca namun tidak SUKA membaca. Kita mengenal huruf dan bisa mengucapkannya, namun ketika dirangkai menjadi kata dan kalimat belum tentu kita paham. Hal ini disebabkan kita tidak suka membaca sehingga tidak tergerak untuk mencari tahu lebih detil tentang arti dari kata atau kalimat yang tersusun tersebut. Jadi ya, mulai sekarang harus dimunculkan rasa SUKA membaca agar sanggup melahap paper-paper yang ada di depan mata.
#6. MEMILIKI KEINGINTAHUAN YANG BESAR
Mahasiswa S3 itu harus memiliki keingintahuan yang besar. Mengapa demikian? Dikarenakan hasil akhir dari penelitian S3 adalah adanya perbaruan dari teori yang sudah ada. Bagaimana kita dapat menemukan pembaruan apabila kita tidak memiliki keingintahuan yang besar. Gak mungkin kan kita diam saja, kemudian teori datang mendekati kita? Mimpi deh ah kalo sampai kita memiliki pemikiran begitu. Kurikulum S3 ini memang ngeri-ngeri sedap. Bagaimana kita dapat menyusun konsep pembaruan apabila kita tidak peduli dan tidak mau tahu melihat permasalahan yang ada pada topik yang kita pilih. “The power of KEPO”.
Rasa ketidaktahuan ini akan memunculkan berbagai pertanyaan dan pertanyaan inilah yang digunakan untuk menggali pengetahuan atau teori yang sudah kita ketahui lebih dalam lagi. Menggali dan menggali melalui berbagai bacaan adalah cara yang paling efektif namun tetap harus sesuai peta jalan ya. Jangan asal membaca bahan karena yang ada Anda akan tampak lebih bingung kawan -hehehehe. Yuk, ciptakan dan jaga rasa ingin tahu kita agar dapat memunculkan ide-ide segar dalam proposal riset kita.
Pesanku: Bagi yang sedang dan akan melanjutkan pendidikan, agar selalu tetap semangat. Jangan jadikan usia sebagai hambatan apalagi alasan untuk tidak melangkah lebih baik.
Alhamdulillah, Wassalamu’alaykum.
Tulisan ini diikutsertakan dalam minggu tema “BELAJAR” di komunitas narablog “satu minggu satu cerita”.
Usia kepala 4 ntu usia matang teteh , usia cantik, semoga apapun yang kita lakukan berkah dan dijalanin dengan happy ya.
Akupun kepala 4 plus 3, ..
Baru td siang aku di curcolin temen yg lagi ngambil S3 mi sidang , butuh diterapi biar tenang, Alhamdulillah lega bisa kontribusi sama belio..
iya teh, usia matang dan dewasa ya teh. Ntar kalo dah mulai stres mo terapi juga ah hehehe
Bener bgt nih teh, belajar itu gak memandang usia, ilmu kan gaakan berat walaupun dibawa2 kesana kemari hehe mantap
Nah, iya mbak, bener banget hehehe
Bener banget, aku liat mama ku pun kelarin magisternya di usia 50 an tapi dia tetap selalu happy dan jalani aja..masa aku yang masih muda ga semangat yaa hehe..
semangat teh, jangan kalah semangatnya dengan mama 🙂
Wah masyaallah teh semangat belajarnya masih membara. Semoga lancar s3 nya dan terimakasih udah menginspirasi aku untuk gak pantang menyerah!
aamiin, makasih teh 🙂
Wuih keren. Di usia yang mau 41 ini, aku juga kepikiran sekolah lagi. Tapi aku masih punya 2 bocah yang kudu dudampingi tiap hari karena sekolah. Huhu… kayaknya kudu bye bye deh sekolah formal. 😀
sekolah bisa dimana saja mbak, intinya belajar dan tambah ilmu 🙂
Keren semangat belajarnya Mbak Nov, sangat menginspirasi. Proses belajar memang sepanjang hayat, selama nafas masih ada.
iya mbak 🙂