Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Marhaban Yaa Ramadhan. Dalam 1 tahun terdapat 12 bulan baik dalam kalender Islam maupun kalender masehi. Bulan Ramadhan adalah bulan ke 9 dalam kalender Islam. Tahun ini berada di bulan kelima dari kalender masehi yaitu bulan Mei. Tak terasa, hari ini adalah hari pertama shaum ramadhan 1440 H, sebait doa terucap “semoga dapat menyelesaikan ramadhan tahun ini dengan lancar, dapat mengisinya dengan kegiatan yang positif dan produktif, dapat memperbanyak tilawah dan kebiasaan baik untuk diri sendiri dan keluarga, dan dapat membersamai duo fajar junior dalam beribadah..Aamiin”
Acara munggahan dalam rangka menyambut datangnya Ramadhan
Minggu lalu, di kantorku dilaksanakan acara munggahan. Munggahan ini baru aku kenal sejak aku menjadi warga Jabar. Munggahan adalah salah satu budaya dari masyarakat tatar sunda dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Lalu apa yang dilakukan? Munggahan ini adalah ngumpul dan makan bersama, mayoritasnya bersama keluarga namun saat ini sudah menjadi budaya di lingkungan sosial lainnya, seperti di kantorku.
Acara munggahan yang dilaksanakan di kantorku tidak hanya sekedar berkumpul dan makan bersama, namun kami juga mengundang ustad untuk memberikan tausyiah sebagai bekal motivasi kami semua dalam menyambut bulan suci ramadhan.

Tausyiah munggahan tahun ini bersama pak Ustadz Nur Ihsan Jundullah, Lc. Dalam tausyiahnya, pak Ustadz menyampaikan tentang kisah perang Badar. Bahwa bulan ramadhan itu bukan bulan untuk bermalas-malasan, bulan ramadhan mengajarkan kita untuk mendahulukan saudara-saudara kita, di bulan ramadhan juga diberikan kemenangan apabila kita mampu mengendalikan hawa nafsu, selain itu ramadhan menjadi tanda bagi orang yang beriman.
Pak Ustadz juga menyampaikan bahwa ketika kita mampu mengendalikan hawa nafsu maka urusan di luar diri kita akan mampu kita kuasai dan atasi. Dengan modal iman sebagai bekal dalam melaksanakan shaum akan menghasilkan ketakwaan.

Padusan sebagai simbol membersihkan diri dalam rangka menyambut bulan ramadhan
Dulu sewaktu aku masih remaja, setiap menjelang ramadhan kami rela naik sepeda dari Solo ke Klaten untuk melakukan padusan. Apa siy padusan itu? Padusan adalah mandi keramas di kolam pemandian. Nah, dulu aku belum berpikir apakah ini kategori syirik atau bukan? Yang kami lakukan waktu itu adalah bersenang-senang, bersepeda bersama-sama terus berenang di kolam pemandian. Di daerah Klaten ini adalah 2 kolam pemandian yang selalu ramai didatangi masyarakat ketika menjelang ramadhan yaitu Cokro Tulung dan Pengging.
Jarak tempuh dari kampungku menuju ke kolam pemandian ini cukup bahkan sangat jauh. Namun kami bahagia kesana dengan naik sepeda, ada jalan desa yang kanan-kirinya masih banyak sawah sehingga tidak harus bersaing dengan bus antar kota yang bangga dengan asap hitam dari knalpotnya. Apakah capek? Hmmm, gak juga siy, bisa jadi karena kami berangkat dengan hati yang bahagia. Kan kata pak Ustadz, apapun apabila dilakukan dengan hati bahagia tidak akan menimbulkan rasa capek.
Kedua kolam pemandian ini memiliki air yang mengalir dan bening, karena memang keduanya memiliki mata air. Kami menyebutnya umbul. Kalau sekarang mungkin aku sudah tidak berminat lagi, membayangkan menyeburkan diri dalam lautan manusia di sebuah sungai/kolam yang gak jelas tingkat kebersihannya. Anehnya, walau sudah dipenuhi banyak orang namun air tetap bening sekali loh. Mungkin karena air selalu mengalir sehingga kotoran dan kuman langsung ikut mengalir pergi. Dasar kolam pemandian masih pasir dan batu kali loh gaes, jadi emang serasa mandi di sungai aja siy.
Sejak aku kuliah dan merantau ke Jogja, aku sudah tidak pernah mengikuti tradisi ini. Namun kebiasaan padusan masih tetap dilakukan. Setiap menjelang ramadhan, kami bebersih rumah dan mandi keramas. Tujuannya adalah kita menyambut bulan suci ramadhan dengan jiwa, hati, badan dan lingkungan yang bersih.
Silaturahmi dan saling memaafkan
Nah, ini juga menjadi salah satu budaya menjelang bulan suci ramadhan. Sebenarnya budaya silaturahmi dan saling memaafkan tidak hanya menjadi pembiasaan menjelang bulan suci ramadhan saja, karena hal ini bisa kita lakukan kapan saja. Aku sering sedih kalo sudah pelaksanaan silaturahmi ini karena sebagai keluarga perantau yang jauh dari orang tua, sering merasa sepi tanpa ada kebersamaan bersama bapak ibu.
Bandung-Solo siy tidak jauh hanya 8 jam dengan kereta api namun pertimbangan lainnya juga harus dipikirkan ketika akan sowan ke bapak ibu menjelang ramadhan. Biasanya kami memilih sekaligus mudik saja nanti di H-7 Idul Fitri. Well, sedihnya sedikit teratasi dengan bisa melakukan videocall bersama bapak dan ibu atau via telepon. Meminta maaf juga sudah mulai aku biasakan setiap selesai menghubungi keduanya. Ya karena kita tidak pernah tahu masih berapa lama lagi usia kita.
Tak mengurangi semangat, aku pun mengundang adek-adekku yang ada di Bandung untuk berkumpul dan makan-makan bersama di rumahku. Ya walau hanya sekedar menikmati nasi liwet dan ikan asin, namun apabila dilakukan bersama keluarga akan memiliki kesan yang berbeda. Bukan menunya yang dirasakan namun kebersamaan yang dijalani akan mendatangkan kebahagiaan. Sayangnya Pak Suami juga tidak bisa ikutan karena beliau sudah kembali ke benua sebrang. Yup, tahun kedua, berpuasa tidak dalam satu tempat..selalu semangat.
Membanyak program tilawah Al Qur’an
Setiap bulan ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak berinteraksi dengan Al Qur’an. Salah satu yang dapat kita lakukan adalah melakukan tilawah Al Qur’an. Saat ini sudah banyak beredar aplikasi terkait panduan kegiatan ramadhan. Tahun ini pun aku dan duo fajar junior sudah mempunyai target kegiatan untuk mengisi ramadhan kami tahun ini. Walaupun Pak Suami sedang berjauhan dengan kami, tak menyurutkan semangat kami dalam mengisi bulan ramadhan.
Aku, kakak dan adek menyusun program ramadhan dengan memperbanyak tilawah, mura’jaah dan amalan harian. Kunci dari kegiatan ini adalah niat dan konsistensi. Selain penguatan pembiasaan di internal keluarga, aku pun aktif di kegiatan pengembangan sosial di eksternal keluarga. Alhamdulillah, di perumahanku ada majelis tahsin dimana menjadi wadah bagi kami untuk belajar dan berinteraksi dengan Al Qur’an.
Program yang akan tetap berjalan selama bulan suci ramadhan adalah ODOL (One Day One Lembar) dan Tahsin Mingguan. 2 tahun terakhir kami mengadakan tadarus pagi di masjid, namun setelah dilakukan evaluasi, program tersebut kurang efektif. Hal ini dikarenakan banyak ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu yang pas untuk meninggalkan rumah dan mempersiapkan anak-anak bersiap ke sekolah. Program tadarus diganti dengan target tilawah pribadi.
Alhamdulillah ibu-ibu tahsin menyambutnya dengan semangat. Semangat untuk meningkatkan kualitas diri dan penguatan pada internal keluarga akan menjadi target utama selama bulan ramadhan.

Jam belajar dan jam kerja yang pulang lebih awal
Ahaaa…ini adalah kegembiraan selama bulan ramadhan. Selama bulan ramadhan biasanya jam kerja di kantor dan jam belajar anak-anak sekolah menjadi lebih singkat. Bagiku ini adalah kebahagiaan karena dapat sampai di rumah saat belum terdengar bedug maghrib. Semoga bisa diikuti dengan berkurangnya kemacetan yang menghadang selama perjalanan.
Selama bulan ramadhan, jam belajar duo fajar junior di sekolah adalah dari pukul 07.30 – 10.00 wib untuk Adek dan pukul 07.30 – 12.30 wib untuk Kakak. Sedangkan jam kerja di kantorku berubah menjadi pukul 07.30 – 14.30 wib. Nah, lumayan kan berkurangnya, yang biasanya kami pulang kantor pukul 16.30 wib menjadi 14.30 wib, 2 jam berkurang hehehe.
Pengurangan jam kerja selama bulan ramadhan adalah bertujuan memberikan kesempatan kepada para pekerja untuk mempersiapkan buka dan melaksanakan buka puasa bersama keluarga di rumah. Apabila masih di jam kerja yang sama dengan hari biasa, sampai rumah biasanya sudah maghrib. Hal ini bisa disebabkan karena kemacetan atau transportasi yang terlambat, sehingga ibadah selama bulan ramadhan menjadi kurang dapat dijalani dengan baik.
Selamat menjalani bulan Ramadhan 1440 H dengan ibadah terbaik kita. Jadikan Ramadhan ini sebagai Ramadhan terbaik kita, seolah-olah kita tidak akan bertemu kembali dengan Ramadhan kedepan. Semoga diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan. Aamiin
Novya.id
Alhamdulillah. Wassalamu’alaykum.
#satuminggusatuceritapekantema #KLIPMei_MenulisuntukOrangLain

1 thought on “Budaya Masyarakat di Bulan Ramadhan”