Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog dan teman-teman di kelas Bunda Cekatan.
Hai Halo, apa kabar kawan-kawan semua? Semoga kalian selalu sehat ya di mana pun kalian berada dan beraktivitas. Alhamdulillah di kelas Bunda Cekatan ini, kami masuk di pekan 8. Pekan 8 ini adalah akhir dari proses di Tahap Ulat-Ulat. Saat nya kami mempersiapkan diri untuk menuju tahap selanjutnya yaitu Tahap Kepompong.
Pekan ini kita masih di zona Danau Cermin. Ceritaku yang sebelumnya di Danau Cermin, ada di sini ya. Nah, penasaran tidak dengan kegiatan kami di pekan 8 ini? Yuk ikuti ceritaku ya. Jangan lupa dengan mantra ajaib berikut ini:
Ibu harus BAHAGIA
Membangun Buddy System di kelas Bunda Cekatan
Gamifikasi di Kelas Bunda Cekatan pekan 8 ini berbeda dan tetap seru. Kali ini kami diminta untuk mencari buddy 1 orang saja. Kami diajak bermain dan belajar berpasangan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membangun Buddy System. Buddy System merupakan proses belajar dengan mengulik dan mengalirkan rasa. Proses pencarian buddy juga dibebaskan. Kata kuncinya adalah “yang sreg di hati”. Sreg di hati ini definisinya beda-beda ya. Bisa sreg secara personal, sreg secara mind map, atau sreg secara cara belajar. Semua dikembalikan kepada masing-masing.
Alhamdulillah proses pencarian Buddy yang tidak lama. Walaupun sempat mendapatkan penolakan 2 kali dikarenakan calon Buddy yang kulamar sudah menerima lamaran dari orang lain (merasakan juga ya ditolak lamaran, I Feel U para pejuang penjemputan jodoh 😁), 2 kali mengirimkan proposal lamaran. Ketika menunggu jawaban dari proposal lamaran, alhamdulillah mendapatkan lamaran dari teman seregu. Jodoh itu memang tidak bisa ditebak ya kawan. Dah jauh-jauh melanglang eh ketemunya dengan tetangga sebelah rumah. 😂. Ujian berikutnya adalah ujian kesetiaan. Ketika sudah menemukan jodohku…eh…datanglah beberapa pelamar kepadaku. 😆
Mohon ijin memperkenalkan Buddy-ku ya kawan. Beliau adalah Teh Dian, kawan seperjuangan di Regu 6 Patrakomala. Buddy-ku ini mendalami Manajemen Emosi sedangkan aku Manajemen Waktu. Secara mind map dah pas banget niy. Manajemen Emosi ini merupakan tahap awal sebelum masuk ke Manajemen Waktu. Bisa juga kebalikannya, sukses dalam Manajemen Waktu bisa membantu dalam Manajemen Emosi.
Aliran Rasa My Buddy
Kami berdua sama-sama Ibu Bekerja di Ranah Domestik dan Publik. Ternyata, kesamaan kami tidak hanya itu saja. Kami juga sedang menjalani LDM. Walaupun jangka waktu LDM ku lebih lama dibanding Buddy-ku. Buddy-ku sering ditinggal oleh suaminya beberapa hari karena ada penugasan ke luar kota. Sedangkan aku, dalam kondisi normal pertemuan kami 2 bulan sekali. Saat pandemi Covid-19 saat ini, aku bisa bertemu Pak Suami paling cepat 6 bulan sekali.
Manajemen emosi menjadi pilihannya karena dia sangat menyadari dirinya. Release emosi ini sangat penting dalam membangun suasana hariannya. Dia merasa emosi yang naik turun ini mengganggu produtivitasnya. Teori manajemen emosi dari Daniel Goleman sudah dia pelajari. Menurutnya tinggal praktek saja namun belum siap dari sisi dana dan alokasi waktunya. Mantap mbak, udah siap berubah.
Selain itu, rangkaian kegiatan yang banyak dan pengendalian waktu terhadap gadget butuh perhatian khusus. Sejauh ini, dia sudah merasa hepi dengan keluarga manajemen emosi. Hal ini dikarenakan dia menemukan banyak teman yang satu frekuensi.
Ada satu poin utama yang dia sampaikan kepadaku. Dia memiliki hobi beberes rumah hingga punya teknik melipat pakaian yang khusus. Hal ini merupakan kelebihannya namun ternyata menjadi bumerang baginya. Sering berganti ART karena merasa apa yang diajarkan oleh nya tidak dilakukan dengan baik oleh ART nya. Sehingga dia harus melakukan pengulangan misal melipat pakaian.
Menurut ku, dia perlu strategi dalam pendelegasian tugas.
Aku bukan seorang psikolog. Namun aku mencoba membantu dengan meracik bekal terbaik untuknya. Mendengarkan secara virtual dari diskusi kami dan menampungnya untuk diolah menjadi bekal terbaik baginya.

Menyusun Bekal untuk Tahap Kepompong
Layaknya seorang dokter yang melakukan diagnosa (hehehe), aku mencoba menelaah aliran rasa dari buddy-ku. Aku mencari referensi di internet dan bertanya juga beberapa kawan. Manajemen waktu tanpa pendelegasian – itu adalah bekal utama baginya sesuai hasil pengerucutan chit-chat bersama buddy-ku. Aku mencoba meramunya dari beberapa materi dan referensi manajemen waktu. Berkaitan dengan kendala yang buddy-ku rasakan, aku mengajak buddy-ku untuk mulai dari konsep manajemen waktu, kemudian berbagi tips manajemen waktu dan teknik delegasi.
Lah kan tadi di atas disebut “tanpa pendelegasian”, kok masih menyertakan teknik delegasi?
Terkait pendelegasian, teknik delegasi ini adalah pilihan dari solusi agar kita tidak stres dalam mengatur aktivitas harian kita. Namun apabila pendelegasian ini justru memicu stres, langkah lainnya adalah mengotimalkan penyusunan skala prioritas. Hasil kemasan ku untuk bekal Buddy-ku sebagaimana terlampir. (Semoga Buddy-ku berkenan menerimanya).
Aku masih lanjut chit-chat dengan buddy-ku, berharap dari chit-chat ini dapat memberikan insight baginya. Solusi terkait emosi menurut ku ya dimulai dari dalam diri, apabila sudah tidak sanggup maka melakukan komunikasi kepada orang yang tepat atau kepada tenaga ahli khusus. Ini perlu dilakukan agar kita tetap merasa bahwa kita tidak sendirian loh di dunia ini.
Buddy-ku, diriku dan semua kawan-kawanku, semoga kita selalu dan tetap semangat ya di tahapan belajar Bunda Cekatan ini. Selamat berproses untuk menjadi kupu-kupu yang indah.
Alhamdulillah, Wassalamu’alaykum.
#InstitutIbuProfesional #HutanKupuCekatan #TahapUlat #DanauCermin