Aku masih mau berbagi cerita tentang perjalanan kami ke Garut. Kalo sebelumnya aku udah berbagi tentang Kampung Naga, kali ini aku akan bercerita tentang salah satu tempat di daerah Garut juga yaitu Cangkuang. Ada apa siy di Cangkuang? So…ikuti cerita kami.
Baca juga : Jalan-jalan ke Kampung Naga
Ngebolang ke Cangkuang kami lakukan pada hari Sabtu, 14 April 2018. Cangkuang adalah salah satu desa di Kabupaten Garut. Ketika kita berkunjung ke Desa Cangkuang ini, kita akan mengunjungi 3 lokasi wisata yang berada di dalam 1 tempat yaitu Situ Cangkuang, Candi Cangkuang dan Kampung Pulo. Kenapa kami memutuskan berkunjung kesini? ya masih sama jawabannya yaitu masih berkaitan dengan pelajaran bahasa sunda yang dipelajari Kak Iya tentang kampung adat. Okeh, kita mulai yuk bikin jejak hasil ngebolang nya 🙂
Situ Cangkuang
Situ adalah bahasa sunda nya danau. Situ Cangkuang ini tidak terlalu luas (menurut aku). Oia, kalo menuju kesini apabila kita dari arah Bandung sebelum alun-alun Leles kita belok ke kiri (ada rambu-rambu penunjuk arahnya kok). Mudah dicapai, jalannya juga cukup bagus. Keliatannya tidak terlalu lebar namun dapat dilalui oleh bus pariwisata (karena kami sempat berpapasan dengan bus pariwisata). Sesampainya di lahan parkir, kita tinggal jalan kaki sedikit untuk menuju ke pintu masuk kawasan wisata Cangkuang ini. Kita bayar tiket masuk (Rp 5 ribu deh kayak kalo gak salah per orangnya coz tiketnya udah hilang hehehehe), trus menuju ke pinggir situ yang disana banyak di parkir rakit dari bambu. Mau sekedar keliling situ juga gak papa atau mau menyeberang menuju ke lokasi Candi Cangkuang dan Kampung Pulo. Ada 2 pilihan, mau naik rakit secara rombongan atau mau rakit borongan (alias dicarter rakitnya khusus buat keluarga kita doang). Kalo rombongan harga per orangnya Rp. 5 ribu tapi kudu nunggu 20 orang baru jalan rakitnya atau Rp. 100 ribu udah deh langsung cap cus berangkat. Akhirnya kami memilih borongan aja buat berempat (karena sepertinya susah nunggu 20 orang) secara kami datang sudah pukul 4 sore dan kawasan wisata akan ditutup pukul 5 sore jadi pastinya udah dikit lah tamu yang akan berkunjung. Situ ini kedalamannya tertingginya adalah 1,5 meter (kata si bapak nahkoda rakit) tapi bawahnya lumpur jadi ya sama saja kan bisa jadi lebih dari 1,5 meter juga kalo kita kecemplung hehehe. Rakit yang kami naiki dikayuh dengan menggunakan galah dari bambu (buat tenaga pendorong rakit – maksudnya). Kak Iya sangat menikmati pengalaman dia naik rakit, kalo Dek Daanish masih takut jadi dia nempel terus ama aku. Pemandangan sekitarnya bagus, airnya tenang, terlihat pepohonan hijau dan bukit nun jauh ditambah suasana sore yang adem. Memang kalo dari hasil hunting informasi dari internet, berkunjung disini lebih baik di pagi atau sore hari (gak terlalu terik). Gak lama kami sudah sampai di seberang (sekitar 10 – 15 menit deh kalo gak salah).
rakit di situ cangkuang situ cangkuang
Candi Cangkuang
Setelah naik rakit sampai di sisi seberang, kita langsung turun di jalan setapak yang berada di bawah Candi Cangkuang. Sebenarnya aku agak kurang nyaman ketika sampai di lokasi ini, ntah karena emang suasana sore yang agak mendung sehingga cahaya sedikit remang-remang atau karena sesampainya turun dari rakit yang pertama kali kulihat adalah kompleks pemakaman. Suasana langsung berubah menjadi sedikit spooky dan hatinya langsung gak tenang, pikiran langsung macam-macam. Mungkin karena aku seorang yang sangat penakut, jadi aja mood aku langsung berubah (hiks). Namun karena sudah berniat untuk berkunjung, marilah kita teruskan. Jadi sepertinya kami yang salah milih waktu berkunjung, seharusnya di pagi hari bukan di sore hari yang sudah menjelang maghrib gini. But, anyway busway..kunjungan untuk mendapatkan informasi tetap harus dijalankan (hehehe).
makan eyang arif jam sunda
Candi Cangkuang ini merupakan satu-satunya candi hindu yang utuh terbuat dari batu di tatar sunda ini (menurut pak penjaganya). Candi Cangkuang ukurannya kecil jauh banget dibanding Candi Prambanan. Candi Cangkuang memiliki bentuk yang mirip dengan Candi Prambanan. Menurut informasi dari Pak Rakit (maaf lupa gak nanya nama beliau) banyak juga yang berkunjung kesini, mayoritas dari Jakarta. Di samping candi ada makam Eyang Arif Muhamad. Menurut cerita, Eyang Arif ini adalah leluhur di kampung Cangkuang ini yang menyebarkan agama Islam. Sebelumnya masyarakat di desa Cangkuang menganut agama hindu. Kalo cerita detilnya sudah banyak dibahas di laman-laman internet tentang bagaimana sejarah Candi Cangkuang. Di depan lokasi candi dan makan terdapat sebuah bangunan yang didalamnya tersimpan sejarah penyebaran agama Islam di tatar sunda dan terdapat Al Qur’an kuno dengan tulisan tangan. Aku tertarik dengan sebuah benda yaitu jam dinding sunda. Menurut penjaga, selain Candi Cangkuang di garut ada juga candi di karawang namun yang di karawang terbuat dari batu bata semacam di cirebon bukan tersusun dari batu kali. Sayang siy sebenarnya kalo berkunjung ke suatu tempat tapi sudah merasa gak nyaman hehehehe karena informasinya jadi gak bisa dapat semuanya karena buru-buru mau pulang alias kabur (hehehehe). Nah…sewaktu lihat dari jendela bangunan yang dijadikan museum ini, pemandangan pemakamanan lagi yang kulihat…namun bentuk nisannya berbeda. Ternyata yang di depan tadi adalah kompleks makam keramat sedangkan yang di belakang adalah kompleks pemakaman umum (hoalaaahhhh…merinding aku). Waktu sudah mendekati pukul 5 sore, hayuuuuuk kita balik, dah keburu malam makin gak nyaman suasananya (dasar ya kalo penakut ya gini, jadi gak cerdas hehehehe).

Candi Cangkuang ini merupakan hasil rekayasa konstruksi karena pada waktu ditemukan sudah dalam kondisi runtuh tidak berbentuk hanya berupa serakan bebatuan. Cangkuang berasal dari nama sebuah pohon sejenis pandan yang mempunyai nama latin Pandanus Furcatus, dengan manfaat yang dimiliki adalah sebagai berikut:
- Bahan membuat tikar
- Pembungkus gula -gula aren
- Pembungkus ketupat
- Daun puncak untuk obat pencahar
- Tunas bisa digunakan obat batuk
- Sari daun bisa digunakan obat untuk diare dan disentri
- Buah muda untuk pencahar
- Buah yang masak bersifat anti oksidan

Kampung Pulo
Ini bukan kampung pulo yang sering kebanjiran di Jakarta ya. Kampung pulo ini letaknya masih satu kompleks dengan situ dan candi cangkuang. Kampung pulo ini ada sejak datangnya Eyang Arif Muhamad. Di kampung pulo ini hanya terdapat 7 rumah, 1 rumah yang sekarang dijadikan masjid melambangkan anak lelaki dan 6 rumah yang lain melambangkan anak perempuan. Menurut cerita, Eyang Arif ini mempunya 7 anak, 1 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Anak lelaki nya meninggal ketika masih kecil, sehingga rumahnya kini dijadikan masjid untuk sholat, sedangkan 6 orang anak perempuannya secara turun temurun menempati 6 rumah yang ada di kampung pulo. Jumlah rumah yang ada tetap yaitu 7 buah bangunan rumah sama sekali tidak boleh bertambah. Apabila ada keluarga yang sudah menikah mereka pindah ke luar kampung, dan apabila ada yang meninggal maka yang sudah keluar kampung boleh masuk untuk menempati namun harus tetap garis keturunan ibu. Gak dapat informasi yang kami peroleh disini, karena mayoritas rumah sepi sehingga gak ada yang bisa ditanya-tanya atau bisa jadi karena sudah terlalu sore jadi sudah gak ada yang di rumah. Bentuk rumahnya hampir sama dengan rumah di kampung naga namun bedanya disini ada terasnya



Halo Teh! Salam kenal. Waah terima kasih atas informasinya, saya dah lama banget mau ke Candi Cangkuang belum jadi-jadi hahaha padahal tiap semester ke Garut. Kalo naik kendaraan umum, ada yang mengarah ke sana gak ya?
Hai danie, salam kenal juga. Hmmm..kmrn waktu kesana sy gak berpapasan dg angkot atau sejenisnya siy. Kalo dari Bandung, bisa naik bus ke arah garut turun sebelum alun-alun Leles. Nah dari pertigaan itu ke arah masuk cangkuang sptnya bisa naik ojek
Indonesia emang banyak situs2 bangus yang tersebar diberbagai daerah, kapan ya bisa dikunjungin satu persatu hehe..saking banyaknya..
disusun list untuk travelling tahun 2019 mbak hehehehe
Pernah diajakin teman waktu SMA jalan jalan ke sini, tapi waktu itu ga sempat, dan masih belum kesampaian aja sampai hari ini ke Cangkuang.. Huhu
hayuk mbak..diniatkan mengunjungi salah satu situs candi di jawa barat
Salah satu candi sejarah yang ada di jawa barat nih hehe, jadi ingin kesana
silakan mbak 🙂
Jauh jauh cari tempat berlibur, padahal yang deket deket juga banyak tempat wisata yang asik ya. Aku aja belum pernah ke sana hahaha.
hahahaha…ini juga diniatkan mbak, mengunjungi candi cangkuang
Ooo Candi Cangkuang theaaa heheu. Aq k Garut biasanya cuman ke pemandian air panas euyy, blm sempet eksplor objek wisata lain lg. Smg ada kesempatan main k Cangkuang saat next time aku ke Garut lagii..
aamiin, selamat mengunjunginya mbak 🙂
Belum pernah kesini padahal ini masih di daerah Jabar yaa duuh jadi pengen banget kesana
hayuk mbak kesini 🙂
Wahh, di kampung halaman suami ku, jadi pengen kesana dech
silakan mbak 🙂
Jadi pingin jalan jalaan teeh hehe
hayuk mbak 🙂
Waktu ke garut mau mampir kesini tapi entah kenapa dibawa nyasar sama supirnya akhirnya pulang deh. Sampai sekarang belum kesampaian mampir langka bgt kesana
kmrn kami juga hanya mengandalkan GPS penunjuk jalan, alhamdulillah sampai tepat di lokasinya mbak hehehe
Seru banget nih buat quality time bersama keluarga
hehehe..bener mbak
wah candi cangkuang..
aku udah lama banget gak kesana wkwkwk
pernah kesini ya mbak?..seru kan? hehehehe
Setiap ke Garut ingetnya cipanas mulu, padahal main kesini asik juga ya teh haha. Cuma sehabis baca ini jadi ikutan kebawa suasana horor pas liat foto candi cangkuangnya haha, nanti pas siang aja ah kalau mau kesana
hehehehe..aku juga awalnya semangat mbak mo piknik kesini, makanya milih sorean biar gak terlalu panas…pas nyampe sana, loh kok semacam kompleks pemakaman gini..langsung weee..keder pengen segera keluar..salah waktu kunjungan ini ceritanya hehehehe
Seru ini.. ngeliat candi cangkuang. Aku cuma tahu cangkuang di Cibaduyut aja. Haha..
oh..ada ya cangkuang di cibaduyut? hehehe
Sering denger cangkuang, lumayan sering juga k garut tp belum pernah kesini
cobain deh mbak, belok kesini hehehehe
Ini Cangkuang yang terkenal itu yah di Garut, semoga bisa kesana juga 😀
aamiin, hayuk mbak agendakan 🙂
uwuw, jadi makin penasaran buat bisa jelajah Garut. Teh, beneran agak serem sih itu, rumah-rumahnya pun ga ada yg kebuka buat kita sapa dan kunjungi gitu ya 🙁
iya mbak, aku selama disana merasa gak nyaman aja. di dekat candi itu kompleks makam semua, depan itu makan leluhur, belakang pemakaman umum. Kata juru kuncinya siy ada yg menempati rumah2 itu tapi sepi, aku saranin siy kalo kesana jalan menjelang sore, mending pagi hari aja jadi suasananya gak sunyi banget
Hiyaaaa jadi kabita pengen kesanaaa
hayuk mbak..coba deh main kesana 🙂
Waaa pas banget main ke kampungku Garut. Enjoy your holiday ya teh 🙂
makasih mbak 🙂
wah aku baru tau nih, asiiik ada yang bisa di kunjungi pada saat mampir ke Garut 🙂
silakan mbak 🙂
Candi Cangkuang kayaknya pernah denger deh, tapi belum pernah kesana, hihii. Garut tuh selain tempat wisatanya yang banyak, tapi juga menyimpan banyak sejarah ya mbaa. Menarik nih buat disimak
iya mbak, dekat pulak dari bandung hehehe
Di sore hari menjelang petang mengunjungi situ yang ada kuburannya emang agak scary gitu. Tapi unik deh hanya ada 7 rumah dan tidak boleh bertambah.
nah begitulah mbak…agak merinding-rinding gitu lah hahaha
Wah seru nih perjalanannya Mbak. Sekali masuk desa Cangkuang bisa langsung mengunjungi 3 tempat wisata. Btw saya baru tahu juga nih ada yang namanya candi cangkuang.
hayuk mbak, berkunjung ke garut..belajar sejarah hehehe
Weh aku malah penasaran seperti apa rupa keturunan Embah Dalem Arif Muhammad yang masih berada di Kampung Pulo, Mbak
sayangnya rumah-rumah itu tertutup mbak, hanya ada 1 rumah terbuka tapi lagi ada tamu ((sepertinya ini salah satu keturunannya))
Belajar budaya dan sejarah lebih enak langsung dengan objeknya.
nah ini bener banget mbak
huaduuhh Mbak, saya pun pasti jadi ngeri kalau berkunjung udah sore gitu terus pas lihat ada kompleks pemakaman gitu, dua kali pula. Duuh jadi gimana yaaa.
Tapi jadi penasaran deh dengan Kampung Pulo itu, rumahnya cuma ada 7 (yang terpakai 6) itu sepinya cam mana yaaaa
jangan dibayangkan sepinya mbak, kalo berani..yuk kita cobain aja hahahahaha
Cerita yang menarik terutama tentang kisah kampung pulo. Sekarang sudah ga ditinggali ya? Sayang infonya kurang detil karena kesorean datangnya hihi.. Dan jujur ikut merinding pas dikasih tahu disekitar situ banyak ada kompleks makamnya, mana ada dua lagi.. Hihi
iya mbak, sayangnya kesorean..jadi dah gak nyaman dengan suasananya hehehe