Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Hai Halo, apa kabar kawan semuaku semuanya? Alhamdulillah kabar aku sehat, semoga kalian juga sehat-sehat semuanya ya di mana pun kalian berada. Kali ini aku akan bercerita tentang progress perkuliahan dan penelitian ku di Strata 3 ini. Masih terasa berat? Pastinya lah, beban belum berkurang kawan. Saat ini aku masuk di Semester 4 (Semester Genap di Tahun Kedua). Pada semester ini, aku masih berkutat dengan pengumpulan data.
“Semangat-Semangat-Semangat”
Tak ada yang dapat dilakukan selain memupuk semangat dalam diri ini. Sudah di 2/3 perjalanan, jadi ya hanya semangat yang bisa terus dikobarkan bukan? 😉
Tahap Pengumpulan Data Kedua
Semester lalu berada di awal pandemi Covid-19, semua pergerakan dibatasi, zona kampus ditutup. Bingung mau pengumpulan data bagaimana? Hasil asistensi mingguan diarahkan untuk pengembangan kuesioner daring terlebih dahulu untuk mendapatkan data dan menguak fenomena terkait kontrak dan kinerja proyek konstruksi di Indonesia. Alhamdulillah, kuesioner daring sukses terkumpul dan dapat dianalisis juga sebagai laporan progress di akhir semester 3 lalu. Ceritanya di sini.
Pandemi masih berlangsung hingga di semester 4 ini. Penelitian pun harus tetap berjalan. Pengumpulan data ke 5 Perguruan Tinggi yang menjadi obyek studi tetap harus dijalankan. Tahap pengumpulan data kedua ini adalah dengan wawancara ke beberapa stakeholder yang berkaitan dengan proyek konstruksi bangunan gedung di Perguruan Tinggi. Aku, orang yang lebih senang diam dan bekerja dengan kesendirian, harus bergerak menghubungi calon responden yang akan kuwawancara.
Berbekal dengan Basmallah, surat permohonan ijin pengumpulan data kukirimkan dan ijin masuk ke kampus pun kudapat. Satu persatu tahapan kutempuh. Walo dengan rasa deg-deg an yang luar biasa dan harus siap dengan segala penolakan. Menyusun kalimat untuk dikirimkan via whatshapp menjadi seni tersendiri. Ada rasa bahagia ketika permohonan kita bergayung sambut, ada juga rasa sedih ketika permohonan kita tak mendapat respon yang positif.
Tips Memupuk Keberanian Mengajak Wawancara
Aku bukan tipikal orang yang hobi berkomunikasi dengan orang lain. Memilih diam dan menyendiri itu adalah hobiku. Ketika aku harus menyapa atau mengajak orang lain untuk berdiskusi atau berkomunikasi, aku harus menyiapkan keberanian. Segitunya? Ya memang aku begitu. Pak Suami memberi kekuatan “Bismillah dan semangat, semoga diberikan kemudahan dan kelancaran”. Yang membuat takut dan pesimis bukan hanya karena tipikal ku yang introvert saja, namun topik penelitian ku ini bukan hal yang bebas dikonsumsi publik. Kontrak adalah dapurnya sebuah organisasi. Tidak semua dengan mudah dapat memberikan ijin bagi orang luar untuk mengaksesnya. Salah satu Perguruan Tinggi sempat menolak permohonanku, namun aku mencoba berkomunikasi dengan baik. Alhamdulillah aku diberikan ijin untuk melakukan wawancara dan dokumen kontrak tidak diijinkan difoto dan dibawa keluar namun boleh dibaca dan ditulis.
Lalu, apa yang aku lakukan untuk bisa menembus dinding tipis batas itu?
- Niat yang baik. Ini yang dari awal selalu aku luruskan. Selalu meyakinkan diri ini bahwa tujuan ku adalah untuk studi, tidak lebih.
- Adab yang baik. Setiap memulai aktivitas, aku selalu mengutamakan adab. Bagaimana sikap dalam membuka komunikasi yang benar? Bagaimana memahami alur permohonan yang benar sesuai masing-masing instansi? Ini semua aku pelajari dan siapkan.
- Persiapan yang matang. Kita memang akan mengumpulkan data, namun data apa saja yang kita minta, informasi apa yang ingin kita peroleh harus sudah kita persiapkan dengan baik. Jangan sampai, sudah dapat ijin, sudah ada di depan mata namun gagal di kesan pertama karena kita tidak siap.
- Peralatan yang baik. Nah, kalo akan melaksanakan wawancara jangan sampai lupa membawa alat perekam, dan jangan lupa untuk meminta ijin sebelum melakukan perekaman. Baik itu dilakukan secara daring maupun luring.
Empat hal tersebut yang aku bawa kemanapun aku akan melakukan wawancara. Walaupun muka dah tercetak sejak lahir bermuka tak ramah, namun senyum tetap harus dinomorsatukan hehehehe. Alhamdulillah, wawancara di 3 Perguruan Tinggi berjalan dengan baik. Semangat masih ada 2 Perguruan Tinggi lagi yang akan dikunjungi. Semoga pintu mereka terbuka buatku. Aamiin.
Alhamdulillah, Wassalamu’alaykum.