Bismillahirahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Alhamdulillah, apapun kondisinya kita harus bersyukur. Drama tentang air di rumahku belum berakhir gaes. Ini bukan masalah kekeringan atau kekurangan air ya, namun ini masalah pompa air yang tidak stabil (halah).
Antara emosi dan masalah air
Hmmm, sejak 3 hari lalu, kami sedang diteror dengan masalah air. Pagi hari adalah waktu yang paling kritis bagiku. Disaat ini lah aku harus dituntut untuk mampu mengendalikan emosi. Namun apa daya, aku terkadang tidak kuat gaes untuk menahan emosi ketika stok sabar sudah mulai menipis. Bisa jadi siy stok sabarku menipis karena kondisi fisikku memang sedang tidak prima (rasanya lelah dengan amat sangat ditambah kondisi cuaca yang mulai masuk ke pancaroba).
AIR. Yup, ini adalah sumber utama kehidupan manusia. Setelah sahur aku coba nyalain air, menyiapkan air hangat untuk duo fajar junior. Eits…airnya kecil dan harus dipancing dengan menyalakan kran lain agar besar, apabila sudah besar maka gas water heater akan mengalir untuk memanaskan air. Ternyata….pada saat kami membesarkan air, ada ledakan api dari water heater yang bikin kami takut. Lapor donk ke Pak Suami di benua sebrang sana.
Pak Suami memberi instruksi via WA namun berujung pada ke-bete-an aku. Loh kenapa? karena ada chat WA antara aku-Pak Suami-adikku. Pak Suami nyuruh aku ngobrol ama adikku, biar adikku yang periksa. Tapi urusannya jadi ribet karena aku hanya berperan sebagai servis over chat doang sembari aku gak paham tentang spesifikasi water heater.
Aku: “Yah, bisa gak siy ayah chat langsung aja ke Oki. Aku gak paham tentang masalah ini. Intinya, kami hanya ingin water heater gak muncul ledakan api aja.”
Pak Suami: “Baik bu” (hehehehe, harus to the point kalo ngomong sama suami tuh, gak boleh pake siasat gelang karet)
Water heater baru yang belum kupahami
Water heater pun diganti dengan yang menggunakan listrik, bukan dengan gas lagi. Okay, tenang hati berharap masalah air tak terjadi lagi. Eits, ternyata kebahagiaan itu tak berselang lama. Kemarin pagi yang kebagian air hangat hanya aku, duo fajar junior gak kebagian. Dan setelah kuhubungi adekku, ternyata mekanisme pemanasan airnya beda. Air dari water heater harus ada jeda pemakaian, karena ada proses pemanasan air di tampungan water heater dulu. Oh God, kemarin pagi aku masih bisa menjaga emosi sehingga pendampingan belajar ke adek masih berjalan baik. Adek tetap makan sahur sendiri, memakai baju sendiri, namun untuk mandi aku bantu lebih banyak.
Sepeda baru Adek
Adek mandi sore sendiri dengan bantuan sedikit masih terkait sabun. Air hangat pun mengalir setelah aku tahu mekanisme alirannya. Masalah air sedikit terhibur dengan Adek yang senang belajar sepeda. Nah, sepeda yang dibelikan oleh Pak Suami ini tidak ada pedalnya. Loh kok? Sepeda ini tujuannya untuk membantu anak yang takut belajar sepeda. Adek sebenarnya sudah memiliki sepeda, namun belum berani mencobanya padahal sudah ada roda 3 nya. Tiba-tiba Pak Suami ke-ide-an membelikan sepeda tanpa pedal ini.
Awalnya adek gak mau mencoba, namun aku bilang “Ya udah kalo gak mau, nanti kalo ayah pulang trus ngajak maen sepeda. Adek di rumah ya ama mbah. Kan ayah, ibu ama Kak Iya dah bisa naik sepeda trus sepeda kita semua gak ada boncengannya. Jadi ya gak bisa memboncengkan adek lah” Awalnya adek mo nangis tapi lama-lama dia mau mencoba dan hasilnya apa coba? Adek gak mau berhenti. Dia maen sepeda tanpa pedalnya itu di dalam rumah sampai pukul 8 malam.

Setelah selesai bermain sepeda, Adek menaruh kembali di tempat yang sudah disediakan. Adek kemudian masuk ke kamar dan tidur. Adek bilang besok Adek mau main sepeda lagi. Okeh Nak, silakan.
Masalah air muncul lagi di pagi ini
Pukul 5.30 waktunya mandi pagi duo fajar junior. Kak Iya teriak dari kamar mandi “Ibuuuuu, airnya gak nyala”. Oh God, apa lagi ini? Setelah dicek ternyata air di torn atas kosong. Ini tandanya semalam tidak ada pengisian air di torn atas. Aku buka kran air yang menghubungkan torn atas dengan saluran air dari penampungan kompleks. Setelah air mengalir ke torn atas, maka air di kamar mandi pun mengalir. Namun, air hangat belum menyala karena tampungan water heater tak terisi air.
Pukul 6 pagi. Kepanikan mulai terjadi, tinggal 30 menit menuju waktunya berangkat sekolah. Tiba-tiba, kakak memancing emosiku karena akan menggunakan baju casual untuk ke sekolah (selama ramadhan anak-anak ke sekolah menggunakan baju muslim bebas). Dari awal sudah kupesan, selama ramadhan menggunakan baju muslim yang formal karena konteksnya adalah sekolah, tapi kakak masih ngeyel juga.
Well, urusan baju kakak selesai. Eh, berganti dengan masalah baju Adek. Mbah Bono menyiapkan baju adek yang sudah dipakai kemarin sore. Padahal aku sengaja beli 6 stel buat Adek biar bisa gonta-ganti baju. Tambah kesel donk aku nya. hiks…rasanya pengen nyungsep ke bantal aja pagi tadi. Masalah air belum selesai, muncul masalah baju (huaaaaa). Aku berusaha menenangkan diri di kamar sambil aku berganti baju kerja. Adek sementara dibantu mandi ama Mbah Bono dulu.
Aku dampingi Adek berganti baju dan semua proses memakai baju tetap dilakukan oleh Adek dengan bantuan sedikit terkait mengancingkan baju. Aku bantu sisir rambutnya sambil Adek memakai kaos kaki. Masalah air belum selesai gaes. Aku ajak duo fajar junior berangkat agar mereka tidak terlambat sampai di sekolah (ini yang utama, aku telat masuk kantor ya bagian dari risiko lah).
Hikmah dan Pembelajaran Melatih Kemandirian hari ini
- SABAR. Ya Allah, ternyata stok sabar ku hanya sebesar gelas air saja. Aku masih mudah terpancing emosi. Aku gagal sabar pagi ini.
- PROFESIONAL. Ini yang belum terbentuk dari dalam diriku dalam hal membersamai anak-anak. Pikiran masih bercabang-cabang seperti ranting pohon.
- KONSISTEN. Ini yang masih aku jalankan, apapun kondisinya, pembelajaran bersama Adek tetap dilakukan.
Seorang ibu harus profesional dalam menjalankan perannya. Tidak menjadikan sebuah masalah menjadi penghambat dalam menjalankan ke-profesionalismean-nya
NOVYA.id
Alhamdulillah. Wassalamu’alaykum.
- #Hari16
- #Gamelevel2
- #Tantangan10hari
- #MelatihKemandirian
- #KuliahBundaSayang
- @Institut.Ibu.Profesional

1 thought on “Drama Air Belum Berakhir – Level 2, Hari ke-16”