Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Apakah kawan narablog meliburkan diri dari jalan-jalan pada saat puasa? Oh, tentu tidak kan ya. Aktivitas bisa saja dilakukan seperti pada hari-hari biasa hanya dengan intensitas yang tidak penuh seperti hari biasanya. Selama ramadhan, biasanya jam kerja pun berkurang, dari 8 jam sehari menjadi 6 jam sehari. Lumayan bukan untuk aku yang senang mikir “kapan niy jam pulang?” -hehehehe.
Ngabuburit
Ada kah disini yang mengenal istilah “ngabuburit”? Kita sering mendengar istilah ngabuburit ini di bulan ramadhan seperti saat ini. Ngabuburit adalah kata yang berasal dari Bahasa Sunda, Jawa Barat. Kata ngabuburit memiliki kata dasar “burit” yang memiliki arti sore, senja atau menjelang maghrib. Nah, karena istilah ini lahir dari tatar pasunda maka jadi berbunyi “ngabuburit”.
Masyarakat selalu antusias melakukan ngabuburit termasuk keluarga kami. Namun sudah 2 kali ramadhan kami ngabuburit di rumah saja karena Pak Suami tidak ada di rumah. Apa siy yang menarik dari ngabuburit ini? Bagi orang yang gemar jalan dan nongkrong, biasanya mengisinya dengan membeli jajanan takjil untuk buka puasa dan ngobrol-ngobrol dengan kawan-kawan.
Pedagang Musiman
Ngabuburit ini bisa dilakukan dimana saja. Ada yang menikmati dengan nongkrong di mall, di jalanan atau di taman. Selain itu, pada saat ramadhan biasanya akan lahir pedagang-pedagang musiman yang menjemput rezeki di bulan ramadhan ini. Pernah kan melihat di sebuah jalan, dimana pada hari biasa nampak sepi-sepi saja namun pada saat bulan ramadhan menjadi ramai karena berjejer pedagang musiman.
Sedikit membahas tentang pedagang musiman ini. Jajanan yang dijajakan itu bermacam-macam yang kadang kita akan menemukan jajanan yang jarang ada di hari-hari biasa. Jajanan ini beredar hanya di bulan ramadhan. Es campur, kolak candil, kolak pisang, bubur sumsum, bubur mutiara, asinan adalah beberapa jenis jajanan yang dijual oleh pedagang musiman.
Trus, apa yang de’Fajar Family lakukan ketika jalan-jalan saat puasa?
Hmmm, ketika kami mulai belajar tentang Islam dengan lebih baik. Pak Suami mulai membiasakan kami menikmati waktu ketika menunggu waktu berbuka di rumah. Kecuali memang ada undangan berbuka puasa bersama dari kantor atau keluarga. Hal ini yang kemudian membuat kami jarang jalan-jalan pada saat puasa. Kami lebih banyak membangun kedekatan dengan keluarga.
Dulu, biasanya kami berangkat jalan-jalan di sore hari kemudian mencari tempat makan yang dekat dengan masjid. Sehingga selesai menikmati takjil kami dapat menjalankan ibadah sholat tarawih. Setelah sholat tarawih bisa melanjutkan makan malam. Namun hal ini ya hanya bisa kami lakukan di akhir pekan karena untuk hari biasa kami bekerja dan anak-anak sekolah sehingga tidak boleh pulang ke rumah terlalu malam.
Kami menyebutnya semacam safari ramadhan begitu, keliling dari masjid ke masjid. Tapi biasanya seringnya ke masjid yang memiliki tempat parkir yang cukup luas. Apabila tidak jalan-jalan jauh, kami keluar jalan-jalan di sekitar pemkot cimahi untuk membeli jajanan takjil kemudian dinikmati di rumah dan lanjut sholat di masjid kompleks. Anak-anak sangat senang kalo sudah diajak beredar jalan-jalan. Bagi kami, selama mereka senang, kami pun senang. Selain sebagai sarana belajar dan mengajarkan anak-anak tentang puasa dan ramadhan.
Harus tepat dalam memilih jalan-jalan saat puasa
“Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga”
HR. AHMAD
Nah, hadist di atas ini harus selalu jadi pegangan ketika kita akan jalan-jalan saat puasa. Jalan-jalan seperti apa yang kita lakukan haruslah yang mendatangkan keberkahan bagi puasa kita. Jangan sampai kita puasa hanya dapat lapar dan dahaga saja. Yuk ah, cuz..pilih dan perbaiki niat jalan-jalan saat puasa yang kita lakukan!
Alhamdulillah, Wassalamu’alaykum.
