Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Hai halo kawan semua, apa kabar? Semoga selalu sehat di mana pun kalian berada ya. Kali ini aku mau bercerita tentang apa ya? Hmmm, setelah dipikir-pikir, aku ingin bercerita tentang pengalamanku menjalani ‘Long Distance Married’ alias LDM. Mengapa aku ingin menulis tentang LDM ku ini? Karena ingin menyimpan memori ini menjadi cerita keluarga.
“Selalu berpikir positif atas takdir yang terjadi dalam hidup kita”
Sabar dan saling menguatkan
Semua cerita baru kami dimulai pada tahun 2016. Di kantor Pak Suami sudah berhembus adanya pengurangan pegawai dan berita tentang rencana kantor ditutup. Persiapan mulai kami lakukan karena secara bertahap pegawai akan berkurang. Pak Suami termasuk ke dalam rombongan terakhir. Akhirnya hari itu pun tiba yaitu di awal tahun 2017, keputusan itu sudah diterima oleh Pak Suami. Ada waktu selama 3 (tiga) bulan untuk masa transisi dan persiapan. Hanya kami yang tahu. Maksudnya? Ya, kondisi ini hanya aku dan Pak Suami yang tahu. Anak-anak, ART (notabene mata-mata ortuku) dan keluarga besar kami tidak ada yang tahu akan kondisi Pak Suami yang di-PHK.
Kami masih menjalani hari-hari kami seperti biasanya sambil mencari jalan keluar dari permasalahan yang kami hadapi ini. Pak Suami masih keluar rumah seperti bekerja biasanya. Alhamdulillah Pak Suami masih bergabung dalam proyek bersama kawan-kawannya yang sudah di-PHK terlebih dahulu. Jadi Pak Suami terkadang kerja di kantor proyek atau kadang di masjid atau kadang di mobil sambil menunggu aku pulang kerja. Sebenarnya bisa dikerjakan dari rumah, namun kami tidak mau menimbulkan kecurigaan dan nantinya akan timbul keresahan dalam keluarga besar. Kami berdua menikmati semua ini kurang lebih satu tahun. (Hebat ya, selama 1 tahun tidak ada yang tahu apa yang telah terjadi dalam keluarga kami 😂).
Pak Suami sangat luar biasa sabar dan hal ini berdampak juga padaku. Aku pun tenang menjalaninya. Kami saling bergandengan dan saling menguatkan. Inti utama kekuatan kami adalah selalu yakin akan ketentuan Allah dan selalu berpikir positif.
Percaya ada cerita baru di depan
Sebuah kabar baru diterima oleh Pak Suami di bulan Mei tahun 2017. Salah satu partner kerja di kantor cabang di Melbourne menghubunginya dan meminta kesediaan Pak Suami untuk bergabung dalam proyek yang sedang berjalan di sana. Statusnya berupa kontrak tenaga ahli. Pak Suami mengerjakan di Bandung dan pada waktu tertentu bisa diminta hadir ke Melbourne untuk implementasinya. Alhamdulillah, rezeki akan datang dari pintu mana pun selama kita yakin. Pada bulan Oktober, Pak Suami diminta ke Melbourne untuk implementasi. Ini menjadi awal cerita baru dari LDM kami.
Sekembalinya Pak Suami dari Melbourne, beliau ditawari untuk menyampaikan surat lamaran ke sana. Secara teknis, sudah diterima. Namun Pak Suami tetap harus mengikuti prosedur administrasi. Persyaratan yang diperlukan cukup berat, salah satunya adalah harus memiliki nilai IELTS minimal 4.5 (bagi pekerja). IELTS ini dibutuhkan sebagai salah satu persyaratan untuk administrasi pengajuan visa kerja yang bersifat temporary contract. Setelah belajar dan mengikuti kursus di IDP Bandung, hasil ujian IELTS 5.5. Alhamdulillah, proses pengajuan visa kerja untuk semua anggota keluarga pun dimulai.
Itulah cerita pembuka dari LDM Series kami 😁
Alhamdulillah, wassalamu’alaykum
1 thought on “Ketika Pegangan Itu Harus Dilepaskan”