K.R.E.A.T.I.V.I.T.A.S….sebuah kosa kata yang mungkin sering kita dengar. Dilihat dari beberapa pengertian terkait kreativitas yang kubaca di laman-laman internet mempunyai arti daya cipta. Ketika kita bicara tentang daya cipta, berarti ada suatu proses penciptaan sesuatu dari yang awalnya tidak ada menjadi ada. Kemudian apa yang mendasari penciptaan sesuatu yang baru ini? Dalam hal kreativitas, kemampuan penciptaan ide ini didasarkan pada ada/tidaknya potensi kreatif yang dimiliki oleh kita. Jadi menurut aku, kreativitas itu harus dimulai dari dalam diri yang kemudian diperkuat/didukung oleh lingkungan di luar kita.
Ya…ada manusia yang memiliki potensi kreatif kalau lingkungan sekitarnya tidak mendukung akan membuat manusia tersebut seperti kutu kupret. Kutu kupret ini sejenis binatang yang loncatannya sangat tinggi, namun ketika dia dimasukan ke dalam botol maka akan terhambat loncatan tingginya. Sehari..dia coba loncat lagi…terpenthok pada tutup botol…hari kedua..dia coba lagi loncat..terpenthok lagi…pun hari ketiga dan hari keempat dan hari-hari selanjutnya. Hal ini pada akhirnya akan membuat si kutu kupret ini malas untuk meloncat karena dia berpikir..percuma aja aku meloncat hari ini kalau pada akhirnya aku akan terpenthok lagi. Apabila ini dianalogikan dengan kreativitas, akan dapat berlaku sama. Kreativitas seseorang akan mati apabila terus-menerus dibatasi.
Trus…apakah memang kreativitas itu berbatas atau tanpa batas? Menurut pendapat aku pribadi niy. Kalau kreativitas merupakan potensi yang dimiliki dalam diri setiap manusia, maka kreativitas itu tanpa batas. Kalau tanpa batas, berarti bisa tidak karuan dong, tidak jelas dan tidak terarah. Nah…inilah fungsi nya menyalurkan kreativitas pada tempat dan waktu yang tepat.
Teringat sewaktu menemani anakku masuk SD, disana dilakukan tes psikologi dan ketika keluar hasilnya nilai kreativitas anakku kecil. Aku bertanya, bagaimana cara menilai kreativitas pada anak? Oleh psikolognya dijawab bahwa anak aku perbendaharaan kosa kata untuk huruf-huruf masih kurang. Aku berpikir, apa hubungannya ya? Karena dalam keseharian aktifitas dia di rumah, dia selalu mencari ide membuat permainan dengan apapun barang-barang di rumah. Dia bisa menyusun barang-barang menjadi suasana toko kemudian dia bermain drama, dia bisa menggambar apa yang ada di kepala dia kemudian dia ceritakan kepadaku bahwa itu adalah cerita imajinasi dia. Apakah itu bukan bagian dari kreativitas?
Kreativitas ini akan terasah muncul dengan baik apabila dari kecil sudah diasah, namun terkadang kita sebagai orang tua terlalu khawatir dengan anak-anak kita sehingga kita sering membatasi perkembangan kreativitas nya, seperti sering melarang karena takut rumah berantakan, sering menegur karena takut dia jatuh. Padahal ini sebenarnya adalah sebuah pembatasan yang nantinya bisa membuat anak menjadi si kutu kupret dan menjadi malas mencoba hal baru..selama kita dampingi, pastinya hal baru dari hasil kreativitas anak dapat kita arahkan ke jalan yang benar (maksudnya???..hehehehe). Sebuah instropeksi buat aku juga untuk lebih memahami bahwa kreativitas itu tanpa batas namun tetap harus ada arahan agar kreativitas dapat tersalurkan dengan baik, emosi kita juga dapat terarahkan dengan baik sehingga tidak perlu mencak-mencak ke orang lain (hehehehe), dan pastinya dapat menghasilkan suatu karya yang dapat dinikmati oleh orang lain dengan baik pula.
Kendala yang sering aku rasakan akan kreativitas ini adalah mood. KREATIVITAS vs MOOD. Ketika mood baik, ada saja ide di kepala ini membuat ini..membuat itu..namun ketika tiba-tiba mood jelek muncul…buyar semua ide yang sudah tercipta tadi sehingga akan menjadikan ide tersebut menjadi sebuah seonggok tumpukan yang ada di sudut memori otak kita. PR selanjutnya adalah bagaimana memotivasi agar mood kita selalu baik sehingga daya kreatif pada diri kita selalu hadir dalam kehidupan kita?
Pun halnya kita harus kreatif juga mencari cara untuk membantu anak-anak kita memunculkan potensi kreativitas mereka, baik melalui seni, melalui olahraga ataupun kegiatan-kegiatan positif yang lain. Dari pertemuan orang tua siswa yang aku hadiri, guru-guru juga menggali potensi ini pada anak-anak di sekolah. Ingatan kembali ke jaman aku kecil, ketika orang tua ku berkomentar….”orang kok nyeleneh, jangan masuk ke sekolah itu”…setelah aku tahu..ooo..itu sekolah seni, pemahaman orang tuaku dulu, seni itu bukan kreativitas tapi seni itu nyeleneh. Namun semakin kesini, aku mikir lah kreativitas itu perlu masuk dalam kurikulum, biar anak-anak dengan pendidikan sekarang bisa seimbang kemampuan otak kanan dan otak kiri nya. Ya bisa jadi dengan kreativitas ini, kita dapat menemukan solusi bagi masalah yang kita hadapi, ya sapa tahu kan kita bisa menciptakan peluang usaha baru sehingga membuka kesempatan kerja…lumayan dapat mengurangi pengangguran kan? 🙂
Intinya:
Jangan pernah membatasi suatu kreativitas tapi arahkan kreativitas itu ke suatu jalan yang benar…biarkan ide keluar secara menggila dari kepala kita…salurkan sesuai tempat dan waktu yang tepat agar menghasilkan suatu karya yang maha karya
sekelumit catatan kecil di jumat pagi tentang K.R.E.A.T.I.V.I.T.A.S