Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Alhamdulillah, sore hari ketika aku pulang kerja, cuaca kota Bandung sudah kembali cerah. Loh, memang ada apa gitu? Gak papa siy, hanya tadi pagi kami berangkat ke kantor dan ke sekolah dengan suasana gerimis dan sempat hujan sedikit lebat. Bukan tidak bersyukur dengan cuaca yang sudah Allah SWT berikan kepada kita ini, hanya ingin menambahkan saja, kalo hujannya pagi hari di hari Sabtu akan jauh lebih nikmat karena kan hari libur. Jadi akan terasa nikmat liburan yang kami rasakan. hehehehe.
Ya, sore ini sengaja kami mampir untuk makan malam bersama di luar. Sekalian belanja perbekalan untuk kegiatan Adek di sekolah besok. Aku dan pak suami melanjutkan mendengarkan kajian dari Ustadz Abdullah Zaen, MA. Malam ini kami mendengarkan materi tentang “Fiqih Pendidikan Anak: Anak dan Pendidikan Seksual Bagian 3”
#Memisahkan tidur
Pada bagian ketiga ini disampaikan tentang memisahkan tidur. Memisahkan tidur ini tidak hanya antara orang tua dan anak saja, namun antara anak laki-laki dengan anak laki-laki, antara anak perempuan dengan anak perempuan dan pastinya antara anak laki-laki dan anak perempuan.
#Mulai usia berapa harus dipisahkan?
Pak Ustadz menyampaikan bahwa memisahkan tidur ini dimulai sejak anak usia 7 tahun dan diberlakukan wajib ketika anak menginjak usia 10 tahun. Semakin bertambah usia anak maka perkembangan fitrah seksualitasnya semakin berubah. (Mari kita buka lagi materi tahapan Fitrah Seksualitas yang sudah kita pelajari sebelumnya)
#Bagaimana cara memisahkan tidur ini?
Memisahkan tidur ini terdiri dari 3 tingkatan atau level. Mengapa? Hal ini sesuai sunah nabi dengan mempertimbangkan kondisi kehidupan masyarakat. Tidak semua masyarakat hidup layak dan memiliki rumah yang besar sehingga terdapat banyak kamar. Sehingga dipermudah dengan menerapkan 3 tingkatan ini. Jadi, gak ada kata sulit bukan dalam ajaran Agama Islam kita ini?
*) 1. Memisahkan kamar
Ini adalah tingkatan pertama, yaitu memisahkan kamar. Orang tua, anak perempuan dan anak laki-laki harus dipisahkan, sehingga masing-masing memiliki privasi sendiri. Aurat kita pun dapat terjaga dengan baik.
*) 2. Memisahkan ranjang atau kasur
Tak semua keluarga memiliki rumah yang besar dengan banyak kamar. “Pak Ustadz, rumah saya kecil untuk menambah kamar kami juga belum ada biayanya, lalu apa yang harus kami lakukan?”. Pak Ustadz menyampaikan bahwa kita tetap harus berupaya memisahkan tidur kita. Apabila tidak dapat dipisahkan beda kamar, maka usahakan untuk memisahkan ranjang atau kasur, namun tetap dengan catatan baju tidur yang dipakai harus tetap sopan. Dikarenakan pada saat tidur, kita tidak dapat mengatur posisi tidur kita bukan?
*) 3. Memisahkan selimut
Level terakhir adalah memisahkan selimut. Ini adalah jalan ikhtiar paling akhir. Boleh tetap satu kasur namun tidak boleh 1 selimut dan tetap harus dengan baju tidur yang tertutup dengan baik.
Nah, kita dapat mengusahakan ikhtiar terbaik kita, di level manakah kemampuan kita? Setidaknya kita harus selalu berusaha dengan maksimal. Aku jadi teringat pernah ngobrol dengan kakak terkait tidur terpisah ini. Ya, faktanya rumah kami memang baru ada 2 kamar dan ada pengasuh yang tinggal bersama kami pula. Semoga kedepan, kami diberikan kemurahan rezeki agar dapat menambah kamar bagi anak-anak kami. Aamiin. Kakak dan Adek sudah meminta kamar sendiri kepada kami dan kami sudah ada rencana untuk menambah kamar namun biayanya belum cukup. Hiks.
#Day14 #Tantangan10hari #Gamelevel11 #Kuliahbundasayang #learningbyteaching #gender #InstitutIbuProfesional