Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Ilmu yang kami dapatkan pada hari keempat ini adalah sub-materi berkaitan dengan “Peran Ayah dalam Pengasuhan untuk Membangkitkan Fitrah Seksualitas”. Hmmmm, bicara soal peran Ayah, sebenarnya aku jadi baper. Loh kenapa? Ya karena sudah hampir 2 tahun ini aku dan suami menjalani LDM (Long Distance Married). Komunikasi dan kepercayaan (insyaAllah) selalu terbangung di antara kami berdua, namun ada hal yang kami khawatirkan yaitu peran Ayah bagi perkembangan kedua buah hati kami. Kami selalu yakin, tak ada yang tak bisa selama kita selalu berikhtiar bukan? InsyaAllah ada selalu jalan bagi kami dalam menghadirkan peran Ayah di hati duo fajar junior walaupun kami berjauhan.
Presentasi pada hari keempat ini disampaikan oleh kawan-kawan dari Kelompok 4 yang terdiri dari Teh Dhita, Teh Fitri Kania, Teh Isma Septi, Teh Resa dan Teh Sisca.
****************************************************
#Apa siy Fitrah Seksualitas itu?
Kembali pertanyaan ini menjadi pembuka diskusi hingga hari keempat ini. Dan kami pun tak bosannya untuk mengulang kembali. Fitrah Seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai laki-laki sejati atau sebagai perempuan sejati. (Ust. Harry Santosa)
#Kenapa Ayah perlu Terlibat?
Keterlibatan Ayah dalam proses pengasuhan itu penting. Di dalam Al Qur’an dikupas tentang dialog ayah dengan anaknya pada Qs. An-Nisa: 34 (Fitrah peran Ayah sebagai pemimpin), Qs. Ibrahim: 35-37 (Ayah sebagai penentu visi misi pendidikan) dan Qs. At Tahrim: 6 (Tanggung jawab pendidikan ada pada Ayah). Banyak kasus penyimpangan dikarenakan kurang atau tidak adanya keterlibatan Ayah dalam pengasuhan. Ayah hanya mencari nafkah tanpa terlibat dalam pengasuhan.
Menurut Grimm-Wassil, Ayah memiliki pengaruh dalam beberapa area khusus pada perkembangan anak, diantaranya Ayah mengajarkan arti kebebasan yang bertanggung jawab. Ayah meluaskan pandangan anak tentang dunia luar, pendisiplinan yang tegas, serta tentu saja Ayah adalah model laki-laki bagi anak.
#Apa Hubungan Pengasuhan Ayah dengan Fitrah Seksualitas Anak?
Hubungan pengasuhan anak dengan Fitrah Seksualitas anak, sebagai berikut:
- Keterlibatan peran Ayah dalam pengasuhan anak, akan menjadi pelajaran bagi anak tentang peran gender. Bahwa ada sosok ayah sebagai laki-laki dan ada sosok ibu sebagai perempuan.
- Ayah terlibat dalam pengasuhan akan menjadi supply maskulinitas bagi anak
#Kapan Waktu yang Tepat bagi Ayah untuk Membangun Fitrah Seksualitas pada Anak?
Kehadiran Ayah dan Ibu dalam pendidikan anak diperlukan sejak dalam kandungan sampai setidaknya usia 15 tahun (Aqil Baligh). Sesuaikan kehadiran dan peran Ayah dalam mendidik berdasarkan tahapan mendidik Fitrah Seksualitasnya Anak.
#Jadi, Apa Sesungguhnya Peran Ayah?
Peran Ayah adalah sebagai berikut:
- A Man of Mission and Vision. Peran Ayah adalah pembuat misi keluarga, yaitu peran spesifik keluarga dalam peradaban
- Pensuplai Ego. Suplai ego ini memberikan kemampuan “leadership” bagi anak-anaknya, sementara ibu pemberi suplai empati atau “followership”. Kehadiran Ayahr dalam keluarga akan memberi keteladanan melalui sikap yang berangkat dari fitrah keayahannya dengan menunjukkan ketegasan, pembelaan pada keluarga, ketegaan yang penuh cinta dan lain-lain yang berkesan bagi anak.
- Pembangun Struktur Berpikir dan Rasionalitas. Ayah dengan rasionalitas berpikirnya, berkontribusi membangun struktur berpikir bahkan inovasi di rumahnya dan keluarganya. Sedangkan Ibu memberikan kemampuan emosional.
- Pensuplai Maskulinitas. Para Ayah diperlukan kehadirannya untuk memberikan suplai maskulinitas baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Ayah dan Ibu harus hadir sepanjang usia anak sejak 0-15 Tahun. Anak laki-laki pada usia 7-10 Tahun memerlukan lebih banyak kedekatan pada Ayahnya untuk menguatkan konsep Fitrah Kelelakiannya menjadi potensi peran seorang laki-laki sejati.
- Ayah Sang Raja Tega. Tega disini adalah bersikap tegas. Pada usia 10 tahun ke atas, anak-anak perlu diuji kemandiriannya, keimanannya untuk menguatkan potensi anak menjadi peran peradabannya kelak.
- Ayah Penanggungjawab Pendidikan. Sesungguhnya Ayahlah penanggungjawab pendidikan yang merancang arah dan tujuan pendidikan keluarganya sesuai misi keluarga. Ibu yang kelak mendetailkan menjadi proyek atau kegiatan harian.
- Ayah Konsultan Pendidikan. Melihat bahwa seorang laki-laki “single tasking” dibanding wanita yang “multi tasking”, para Ayah tidak bisa terlalu banyak turun dalam hal detail bahkan merek aperlu lebih banyak berada di luar masalah agar bisa memberikan solusi yang jernih bagi para ibu dimana dalam kesehariannya sudah dipenuhi banyak masalah dalam mendidik. Lakukan komunikasi dengan pasangan dan selalu perbarui informasi tentang dunia pendidikan
#Apa yang Perlu Ayah Lakukan untuk Memaksimalkan Perannya?
Yang harus Ayah lakukan untuk memaksimalkan peran sebagai Pemimpin Keluarga adalah sebagai berikut:
- Menguatkan pondasi keimanan anak sejak dini
- Mendidik anak mulai dari aspek Aqidah, Akhlaq, Sosial Kemanusiaan dan Jasmani
- Mengajarkan anak untuk membaca dan memahami Al Qur’an
- Menjadi figur Ayah sebagai sosok laki-laki sejati dan menjadi panutan bagi anak
- Mendidik anak sesuai gendernya. Untuk anak laki-laki dilatih untuk menjadi iman sholat berjamaah, sikap kepemimpinan, menjadi seorang yang bijak dan memiliki ketrampilan fisik. Sedangkan untuk anak perempuan, diperintahkan menutup aurat, lekat dengan ibu, dilatih untuk senang mengerjakan pekerjaan rumah.
#Surat-surat di Al Qur’an yang berisi dialog tentang Ayah dan anaknya
#Bagaimana jika Anak Kehilangan Sosok Ayahnya?
Pengganti sosok Ayah jika tidak ada, adalah:
- Apabila LDM: Diusahakan tetap melakukan remote fatherhood, dapat melalui telepon atau videocall.
- Apabila keluarga tidak utuh: Hadirkan sosok substitute father yang bisa menggantinkan sosok Ayah dari keluarga terdekat. Misal paman atau kakak laki-laki.
Pada akhirnya, sesibuk apapun seorang Ayah dalam mencari nafkah, dia tetap wajib memberikan waktu bagi anak-anaknya. Saat Ayah bisa meluangkan waktu yang lebih untuk mendidik anaknya, Ayah bisa melihat dan berperan aktif dalam menumbuhkan fitrah seksualitas anak secara signifikan
#2 hal yang dapat dipilih oleh seorang Ayah dalam menjalankan perannya
Mau berperan sebagai Ayah yang penuh kehangatan? Atau Mau menghilang dari perannya?
#Studi Kasus
Seorang anak kecil yang tinggal hanya dengan ibu dan kerabatnya yang memiliki penyimpangan seksual. Akhirnya pertumbuhan dan perkembangan anak ini menjadi salah. Di usianya yang masih 5 tahun sudah menirukan kata-kata yang tidak layak diucapkan oleh anak seusia dia dan sudah terbiasa menonton film yang bukan film layak ditonton anak kecil.
Pesan yang didapat dari kasus di atas adalah:
- Seorang anak adalah peniru ulung. Ketika anak masih di usia kecil seharusnya peran dan kelekatan Ayah dan Ibu harus kuat sehingga anak terhindar dari pengaruh atau contoh yang buruk.
- Keterlibatan Ayah dalam pengasuhan sangat penting.
- Kekosongan atau ketidakhadiran peran Ayah dalam kehidupan anak harus dapat diisi oleh ibu atau kerabat terdekat seperti paman atau kakak laki-laki
#Bagaimana cara agar Ayah mau terlibat dalam pengasuhan?
Anak itu adalah hasil cinta Ayah dan Ibu, jadi sudah sepatutnya keterlibatan Ayah dan Ibu sangat diperlukan. Agar Ayah mau terlibat dalam pengasuhan maka Ayah harus paham nilai penting kenapa harus terlibat dan cara belajar pengasuhan pada anak yang tepat.
#Bagaimana bisa Ayah paham bila Ayah tidak tahu dan tidak mau tahu?
- Harus menyamakan visi dan misi keluarga, menggali lagi tentang apa sebenarnya tujuan utama keluarga
- Selalu melibatkan suami dalam hal kepentingan keluarga terutama dalam proses pengasuhan anak
- Jangan telalu menuntut banyak kepada suami
- Tak lupa peran istri mendokan, mengajak dan memberi tahu/mengingatkan tentang peran ayah dalam pengasuhan anak
Ibu adalah madrasah terbaik bagi seorang anak. Namun sebaik-baik madrasah tergantung kepada kepala sekolahnya dan kepala sekolah itu adalah seorang Ayah
(Kelompok 4)
****************************************************
Hasil diskusi dengan Kakak dan Adek
Kemarin adalah hari Minggu. Kakak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti lomba KMNR (Kompetisi Matematika Nalaritik dan Realitik) di sekolah Al Azhar 36 Bandung. Aku dan Adek menjemput Kakak di lokasi lomba dan lanjut mampir dulu ke Gramedia Merdeka untuk mencari buku. Selesai dari Gramedia, kami mampir dulu ke BIP untuk makan siang karena duo fajar junior sudah mengeluh lapar. Kami memilih makan di salah satu foodstall makanan. Well, selamat menikmati makanan duo fajar junior.
Nah, selesai makan aku menuju kasir untuk membayar. “Meja 5 ya,” kata ku kepada mas penjaga kasir. “Okeh, yang ada menu mie baso rica-rica ya bu,” tanya dia (sedikit kemayu). Sewaktu menyerahkan struk juga jemarinya dilentikan. Aku hanya diam mengamati sambil memandang ke kakak yang juga mengamati gerak-gerak mas penjaga kasir ini. Pas kami keluar dari lokasi tersebut, Kakak berbisik kepadaku “Ih buk, jijik deh lihatnya, masak laki-laki tapi kemayu gitu”. “Oh kakak lihat juga, salah dan aneh gak siy Kak?” tanya ku. “Iyalah, masak laki-laki kayak cewek,” jawab Kakak. Well, dia mulai bisa menilai.

Malamnya kami melanjutkan diskusi tentang peran seksualitas. Setelah belajar gender, aurat, identitas seksualitas. Kakak sudah mulai memahami, apa yang harus dilakukan seorang perempuan sesuai gender dan identitasnya? Dia harus berperan sesuai fitrahnya sebagai perempuan.
Alhamdulillah, Wassalamu’alaykum.
#Gamelevel11 #Tantangan10hari #LearningbyTeaching #Gender #KuliahBunsayIIP #InstitutIbuProfesional #Day4
Sumber: Presentasi kelompok 4