Taraaaa…masuk minggu bertema. Minggu ini bertema “PILIHAN”. Dari awal minggu sudah terangkai ide di kepala terkait tema ini namun baru punya mood merangkai kata hari ini (manusia yang hobi dan stres dengan deadline hahahahaha). Ide yang muncul siy inginnya punya judul yang beda dari tema, maksudnya gimana siy? Maksudnya tidak ada kata “pilihan” di dalam judul tulisannya. Hmmmm….apa ya? Ya…pokoknya tulis aja deh.
Apa siy yang ada di benak kita ketika mendengar kata PILIHAN?
Pilihan…pastinya kita akan dihadapkan pada lebih dari satu obyek atau subyek dan kita harus memilih salah satu atau salah dua dari apa yang ada di hadapan kita. Lingkup sebuah pilihan gak sempit, bisa jadi sangat luas. Bisa tentang jalur kehidupan, bisa tentang jodoh, bisa tentang hadiah, bisa tentang pendidikan, bisa tentang kesehatan dan banyak lagi. Pernahkah aku dihadapkan pada pilihan? Sangat seringlah, sepertinya pilihan itu sangat dekat dan senang sekali berinteraksi dengan kehidupan kita..eh..salah…kehidupan saya maksudnya.
Seperti dalam kehidupan sehari-hari saja…setiap senin pagi, bengong di depan almari…mikir…”mo pake baju seragam atau tidak ya?”…baju seragam di kantor bukan keharusan, kalo misal gak pakai pun juga gak bakal dipotong gajinya, namun jadi merasa gak nyaman saja karena rekan-rekan kantor berseragam, kita tidak. Kalo aku ya ikuti kata hati saja, gak harus sampai melakukan sholat istikarah siy kalo hanya berhubungan dengan pilihan pemakaian baju seragam. Gimana suasana hati saja…pengen keliatan sama atau pengen kelihatan beda.
Pernah mendengar analisa risiko?
Analisa risiko ini bisa kita gunakan untuk memilih sebuah pilihan, dimulai dari analisa SWOT trus diperjelas dengan matrix risiko. (Hah…hanya untuk sebuah pilihan saja kita harus seribet ini). Bukan ribet siy sebenarnya, bisa jadi kalo didengar dan dibaca sekilas saja, A.N.A.L.I.S.I.S-R.I.S.I.K.O…kok kesannya hanya untuk memilih mau pakai sandal warna merah atau hitam saja bertele-tele sekali prosesnya. Tapi tanpa kita sadari kita terkadang menerapkan analisis risiko ini walaupun tidak harus kita buat matrixnya siy. Aku akui bahwa aku pernah menggunakannya yaitu ketika memilih sekolah buat anak sulungnya. Aku data dulu target-target sekolah yang ada di dekat rumah, kemudian aku kelompoknya negeri dan swasta…aku pun mulai memikirkan kelebihan dan kekurangannya, kemudian ada hambatan atau tantangannya tidak. Dan finalnya aku periksa lagi..apabila aku memilih sekolah A dengan segala kelebihan, kekurangan, hambatan dan tantangannya akankah ada risiko yang berdampak dalam keluarga kami..misalnya harus ada pengeluaran ekstra seperti tambahan les untuk menunjang kegiatan di sekolah yang kami pilih.
Seperti yang sedang aku alami saat ini, ketika suami pindah kerja ke LN. Kami harus melakukan analisis risiko sederhana karena dihadapkan 2 pilihan, IKUT PINDAH KE LN atau TETAP STAY DI INDO?…beberapa pertimbangan harus kami pikirkan. Terkait tempat tinggal, sekolah anak, rumah kami di Bandung, ekonomi, kegiatan yang kami lakukan, keluarga. Bisa saja kita nekad berangkat dengan berpikir “gimana nanti sajalah”, InsyaAllah rezeki sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Namun faktanya kami bukan orang nekad, tetap berbagai pertimbangan kami pikirkan walo tidak kami buat ribet, make a simple aja deh. Untuk kali ini aku berada pada kondisi seorang istri yang patuh 100% dengan suami (biasanya aku adalah istri yang banyak negosiasi). Sampai dengan sebuah pertimbangan, aku diminta resign kerja oleh suami karena anak-anak tidak ada yang mendampingi. (Woke lah).
Ya…sebuah pilihan tidak akan pernah dapat kita hindari di dalam setiap lini kehidupan kita. Namun bukan hal yang harus kita ribetkan juga. InsyaAllah selalu ada jalan keluar…Setiap kesulitan bersamanya pula ada kemudahan. Yang paling utama harus kita siapkan adalah…tidak panik, tidak buru-buru, menggunakan beberapa pertimbangan dan pastinya diskusi baik dengan pasangan kita, keluarga kita atau pun teman kita. Satu hal lagi yang berkaitan dengan sebuah pilihan adalah komitmen, yaitu ketika kita sudah menjatuhkan pada salah satu pilihan maka kita pun harus siap dengan segala hal yang berkaitan dengan pilihan kita tersebut. Disinilah letak kekuatan komitmen dibutuhkan untuk menjaga dampak dari risiko pilihan kita. Kalo aku pribadi, setiap dihadapkan pada pilihan, aku tidak bisa meninggalkan kata hati aku. Dia lah yang terkadang menjadi final decision dalam menghadapi pilihan yang aku ambil. Dalam Islam, aku pun mengenal adanya sholat Istikarah yang dapat memantapkan pilihan kita. Jadi ketika sebuah hasil matrik analisa risiko tetap membuat hati kita masih galau…mintalah jalan keluar pada sang pemberi masalah dan jalan keluar yaitu Allah SWT.
setoran bertema untuk 1minggu1cerita (akhirnyaaaaa…hehehehehe)