Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Apa siy yang sudah aku putuskan untuk diriku menjelang usia 40 tahunku di tahun ini? Ada sebuah keputusan yang nyaris aku pilih yaitu mengakhiri status diri sebagai wanita karir. Lalu apakah aku jadi memilihnya? Yuk ikuti ceritaku dalam tulisan yang kutulis dalam rangka berkolaborasi dengan kawan-kawan di Bandung Hijab Blogger dengan tema “Big Life Decision“.
Sebuah pilihan harus kami pilih. Awal tahun 2018, harus menjalani pilihan LDM (Long Distance Married). Pak suami mendapatkan rezeki bekerja di benua sebrang tepatnya di Kota Melbourne, Australia. Kami belum bisa ikut pindah kesana saat ini karena ada beberapa pertimbangan. Walo berjauhan kami berdua, aku dan pak suami, tetap menyusun rencana untuk memasuki usia 40 tahun dan pendidikan anak-anak.
Aku diminta mengajukan resign dari kantor agar bisa fokus membersamai anak-anak. Aku pribadi tidak berkeberatan apabila harus bekerja dari rumah, insyaAllah ada rezeki bagiku dimanapun aku bekerja dan berkarya. Namun ternyata orang tua terutama perasaan ibu masih menjadi pertimbangan. Beliau masih berharap bahwa anak perempuannya ini tetap berkarir di kantor.
Aku tetap menunggu ridlo dari Pak Suami. Apapun instruksi beliau aku siap. Akhirnya setelah diskusi panjang dan mengkaji berbagai aspek, Pak Suami tetap mengijinkan aku bekerja namun tidak boleh ngoyo. “Bekerjalah, selama kamu bahagia dan anak–anak tidak kau abaikan“. Surat resign tetap aku ajukan ke atasan di kantor. Qadarullah, atasan di kantor masih ingin mempertahankan aku bekerja bersamanya.
Atasan di kantor memberikan penawaran kepadaku untuk melanjutkan pendidikan. Aku berdiskusi dengan Pak Suami dan pilihan jatuh pada tawaran melanjutkan pendidikan. Tawaran ini pun berimbang dengan sesuatu yang harus diambil dari diriku. Aku melepaskan posisi dan jabatan yang sudah 5 tahun terakhir ini aku emban.
Sejujurnya aku memang belum siap untuk resign namun tidak kuat juga apabila menjalani hari-hari seperti saat ini. Bismillah..sebuah peran baru aku jalani di tahun 2019 ini. Tetap menjadi wanita karir dengan posisi kembali ke staf biasa, menikmati pulang tepat waktu sehingga mempunyai waktu lebih banyak dalam membersamai anak-anak, serta mempersiapkan diri untuk mendaftarkan diri sekolah.
Apakah semua itu mudah kujalani? Tentu saja tidak. Pandangan kurang nyaman pun aku rasakan. “Mbak Nov mah udah gak butuh uang“, kalimat ini yang pernah aku terima. Rasanya munafik ya apabila aku bilang aku tidak butuh uang. Aku pastinya butuh uang, namun tidak mau menjadikan uang sebagai pusat kebahagiaan.
Di usia aku yang akan masuk kepala 4, dengan pendidikan S2 yang aku miliki, pengalaman kerja lebih dari 10 tahun. Apalagi coba capaian yang ingin diraih seorang wanita karir kalo bukan sebuah posisi atau jabatan. Sedangkan aku justru memilih pilihan untuk melepaskannya. Yup, tujuanku bekerja bukan 100% karena materi atau jabatan. Aku bekerja agar bisa membahagiakan kedua orang tua selama beliau masih ada membersamai hidup kami sekeluarga. Selain itu, aku ingin produktif dan berkarya dengan lebih tenang tanpa ada tekanan kepentingan orang lain.
Aku pun hanya ingin menikmati waktu yang banyak bersama dengan anak-anak. Kebersamaan mereka dengan ayahnya sangat sedikit, jadi posisi aku sebagai ibu diperlukan lebih banyak. Anak adalah aset dan investasi terbesar bagi kita di hari tua hingga akhirat kelak. Kesalahan dalam pendidikan anak saat ini akan menjadi penentu kualitas investasi kita kedepan.
Sejak Januari 2019 aku menjalani hari-hari yang lebih tenang, dan akhirnya membawaku ke arah jalur pembelajaran baru. Aku menikmati belajar tentang ilmu pengasuhan anak yang lebih baik bersama Institut Ibu profesional dan ilmu perbaikan diri di kelas Bengkel Diri bersama Ummi Balqis.
Sekarang aku mempunyai waktu yang lebih banyak dalam mengimplementasikan ilmu bagi pendidikan akhlak anak-anak dan perbaikan bagi kualitas diri aku. Pulang kantor dapat tepat waktu, istirahat sebentar, langsung berinteraksi bersama anak-anak dan dapat berkarya latihan menulis di blog.
Alhamdulillah, dengan lepasnya jabatan dari diriku tak membuat aku sedih. Dari sisi materi, Allah SWT masih mencukupkan kebutuhanku. Dari sisi non materi, pikiran dan hatiku lebih tenang. Jadi, nikmat Tuhan manakah yang akan aku dustakan?
Semoga pilihan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang S3 nanti, akan menjadi bekal dan membuat aku lebih memiliki banyak waktu untuk membersamai anak-anak. Semoga di usia 40 tahun ini, aku dan Pak Suami diberikan kemudahan, kesabaran dan kekuatan untuk mendidik investasi emas bagi dunia dan akhirat kami yaitu anak-anak yang soleh dan shalihah. Aamiin.
Akhir kata di tulisan ini. Aku dan Pak Suami berdoa semoga kami dapat dipersatukan kembali dalam mendayung bahtera dalam mewujudkan baiti jannati. Aamiin. Selain itu, kami diberikan kemudahan, ketabahan, keikhlasan dan ketaatan dalam menjalankan visi dan misi keluarga kami seperti yang tercantum di dalam QS. At Tahrim : 6.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ
“Wahai orang–orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat–malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
-QS. At-Tahrim, Ayat 6
Alhamdulillah. Wassalamu’alaykum.
Bandung Hijab Blogger
Masya Allah, tetep semangat ya mbak.. Semoga akupun bisa terus lanjut studi ke jenjang berikutnya 😀
insyaAllah mbak,makasih
Masya Allah keren banget teteh. Insya Allah semuanya jadi lebih berkah ya teh.. doakan aku supaya ada rezeki lanjut s2 teh.. hhu pengen..
aamiin, selalu semangat mbak, insyaAllah ada rezekinya
Semangat terus mbaa sekolaahnya:) semangatnya semoga bisa ditularkan pada semua yg baca… Tetap yg terpenting keluarga ya mba, kusetuju..barakallah:)
iya mbak, family is first 🙂
Very inspiring,teh. . Pendidikan tinggi, karir tetep jalan, berbakti ke ortu juga.. Pengen ngasi sepuluh jempoool
aamiin, makasih teh
Masha Allah teh segitu besar hatimu dalam menghadapi hidup. Makasi banyak sharingnya. Kehilangan kata2 cuma bs belajar :”)
aamiin, makasih teh. Yup, itulah hidup, setiap langkah pasti akan dihadapkan pada pilihan 🙂
teteh keren banget melepaskan itu semua buat keluarga, beneran keluarga itu segalanya ;’)
iya teh, family is first 🙂
Masyaallah teteh inspiring pisàaan. Jadi mudah2an sehat selalu dan barakah jalan2a. Amin
aamiin,makasih teh
Masha Allah, semngatt ya Teh, paling salut yg LDM, karena saya enggak sanggup jauhh dr Suami, semoga bis dipersatukan kembali, Aamiinn.
iya niy teh, jadi mamak-mamak setrong
Maasya Allah.. Tabarakallah, teh, btw, bagi tips nya dong supaya bisa kuat menjalani Long Distance Marriage. Pastinya LDM itu bukan sesuatu yang mudah..
kalo yang aku lakukan siy, tetap menjalin komunikasi (ini wajib) sesibuk apapun. Jalani dengan tenang dan serahkan yang terbaik kepada Allah SWT, itu aja siy teh
MasyaAllah bunda..ikutan sama ummi balqis? Semoga yah rencana s3 nya lancar, urusan LDM sama suami juga cepet dapet jalan keluar terbaik yah bun. Sama yang paling penting jd banyak waktu yah buat anak-anak. Barakallah
aamiin, makasih teh. Iya teh, ikut kuliah onlinenya ummi balqis level 1, baru aja mulai teh
Apapun keputusan yang diambil harus bikin bahagia yang menjalaninya ya teh. Semoga dilancarkan kuliahnya..
aamiin, makasih teh