Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaykum kawan-kawan
Kedua orang tua tinggal di Solo sedangkan kami tinggal di Bandung. Kami usahakan setiap minggu berkomunikasi dengan beliau via suara. Dulu sebelum aku menikah, setiap 3 bulan aku pulang ke Solo pun sampai aku menikah masih seperti itu. Sejak punya anak, aku pun mudik ke Solo setiap tahun, bukan tanpa alasan kenapa harus 1 tahun sekali aku mudik. Kami lebih senang mendatangkan bapak dan ibu ke Bandung, selain biar beliau berdua liburan, harga tiket berdua lebih murah dibanding harga tiket berempat (bukan niatnya ngirit, tapi kami ini perantau yang tidak ingin membebani siapapum) sehingga uang hasil kerja sudah di pos masing-masing untuk KPR rumah, sekolah anak, tabungan dan kebutuhan sehari-hari)
Ibu ku bukan lulusan S1 bahkan S3, ibu ku hanya seorang ibu lulusan SD. Tapi sangat mendukung anaknya sekolah. Beliau selalu berpesan, bekerjalah agar bisa bermanfaat bagi orang lain. Beliau tidak pernah ragu untuk menolong orang lain apalagi ke saudara. Jiwa sosial beliau sangat luar biasa. Ibu ku menyayangi anak-anaknya ini dengan cara beliau, soal makan jangan ditanya lagi, beliau selalu peduli akan itu. Beliau selalu khawatir anak-anaknya ini bakal kelaparan, seperti sampai sekarang saja setiap kami mudik, kami selalu dibekali bahan pokok agar anak-anaknya gak kelaparan di perantauan.
Yang sekarang sering menjadi pikiranku adalah sejak beliau terkena Herpes Zooster di syaraf tangan bagian kanan, otomatis fisik beliau sedikit melemah, dan beliau selalu merasa down dan selalu merasa bahwa beliau sudah tidak bisa beraktivitas apapun. Beliau seperti kehilangan rasa percaya diri melebihi Bapak yang sudah pensiun. Selama 2 tahun kami menghibur dan membangkitkan semangat beliau, kami ikuti kemanapun beliau ingin berobat, walo semua dokter syaraf sudah menyampaikan bahwa virus zooster ini menetap dan merusak selaput syaraf dan ketika ini menyerang lansia memang efeknya akan dirasa selamanya, yang utama adalah menjaga kesehatan tidak boleh sampai drop. Beliau kini sudah “bersahabat” dengan sakit yang menyerang 4 tahun lalu ini. Beliau sudah bisa menerimanya dengan baik. Setiap kami telepon, terdengar suara beliau yang optimis.
Beliau selalu merasa tidak dibutuhkan karena kini beliau hanya duduk-duduk di rumah. Sejak sakit, praktis kegiatan beliau yang menjadi juru masak di hajatan pun berhenti. Kami selalu menyemangati bahwa beliau masih sangat dibutuhkan bagi kami anak-anak dan cucunya ini. Osteoartritis pada kedua lutut kakinya juga mengurangi aktivitasnya. Memang sudah waktunya beliau istirahat. Kini beliau di rumah bersama bapak dan tetangga yang setiap harinya membantu. Beliau tidak mau kami ajak ke Bandung karena merasa rumahnya adalah di Solo.
Aku tahu beliau tidak akan baca tulisanku ini karena HP beliau masih super jadul. Aku selalu berdoa untuk kesehatan dan kebahagiaan beliau, semoga di sisa usia yang ada ini, aku diberikan kemudahan untuk membahagiakan beliau.
Bu, sehat-sehat terus ya..maafkan anakmu ini belum dapat mendampingimu lebih dekat secara fisik, hanya via suara yang selama ini aku bisa lakukan.
Rabbiifirlii waaliwaalidaya warhamhumma kamma rabbayanii shaghiraa..aamiin. Ya Allah kutitipkan kedua orang tua ku dalam perlindungan-Mu 😘😍
SELAMAT HARI IBU ♥️
Alhamdulillah done for ODOP December Challenge 2018
Wassalamu’alaykum
