Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Masa kecil adalah masa yang paling polos dalam kehidupanku. Aku bersyukur memiliki masa kecil yang sedang-sedang saja, bahagia sekali juga tidak, sedih sekali juga tidak. Cukup bahagia boleh dibilang begitu. Ketika bicara ramadhan masa kecilku, aku jadi teringat akan almarhum pakde Ngalim. Beliau adalah salah satu kerabat ku yang sangat berjasa dalam mengajakku belajar sholat.
Kami bukan berasal dari keluarga dengan latar belakang ilmu agama yang kuat
Almarhum pakde Ngalim selalu membelikan aku mukena baru setiap lebaran, pesan beliau “biar kamu rajin sholat”. Aku belajar sholat dan mengaji dari sekolah dan pakde Ngalim, bukan dari kedua orangtuaku. Di kampungku waktu itu belum ada masjid, jadi kalo sholat tarawih aku diantar ke kampung nenekku sekaligus kampung budheku. Masjid yang biasa kudatangi untuk ikut sholat tarawih berada di sebelah pekarangan budhe.
Nenek dan kakek dari keluarga bapak dulunya penganut kejawen, alhamdulillah di masa tuanya bisa diajak oleh paklik melaksanakan sholat dan menjadi rajin sholat ke masjid. Sedangkan Nenek dan kakek dari keluarga ibu juga kejawen namun akhirnya ikut pakde masuk Kristen. Jadi, dasar agama Islam dalam keluarga tidak kuat.
Aku sangat bersyukur dekat dengan almarhum pakde Ngalim yang rajin sekali melaksanakan ibadah. Sedikit demi sedikit itu terpatri dalam hatiku, sehingga membuatku rajin untuk belajar agama Islam walo bapak dan ibuku belum melaksanakan puasa apalagi sholat. Aku tetap melaksanakan puasa dan sholat seorang diri di rumah. Alhamdulillah di tahun 2006, bapak dan ibu mulai melaksanakan sholat hingga sekarang dan sudah meninggalkan makan makanan yang diharamkan.
Ramadhan yang selalu kunanti
Namanya juga anak kecil ya, selalu aku gembira setiap bulan ramadhan datang. Setelah bulan ramadhan selesai, itu tandanya waktunya lebaran. Nah, lebaran ini aku akan panen uang dari pakde-budhe, paklik-bulik yang memberikan angpao. Selain itu, aku selalu dapat baju baru dari orang tuaku. Aku juga setiap habis ashar kadang diantar bapak ke kampung Nenek agar ikut ngaji di masjid. Ngajinya setiap hari, tapi aku hanya bisa ikut setiap hari jumat dan sabtu karena besoknya sekolah libur. Jadi aku bisa menginap di rumah Nenek. Selesai mengaji biasanya dibagikan menu takjil.
Yang paling seru adalah saat malam takbiran yaitu malam menjelang 1 Syawal. Remaja masjid di kampung Nenek mengadakan takbir keliling. Kami berbaris sambil membawa obor (bambu kecil yang diisi minyak tanah dan diberi sumbu). Kami berbaris keliling kampung bahkan kadang sampai di kampungku juga dengan melantunkan takbir. Bener-bener syahdu khas suasana kampung.
Saat ini terkadang masih kulihat ada beberapa masjid yang masih mengadakan takbir keliling ini termasuk masjid yang ada di kampung orang tuaku. Namun suasananya tidak sama dengan jaman aku kecil. Bisa jadi karena aku sekarang sudah menuju senior jadi rasa serunya sudah berkurang. Bagi anakku yang di Bandung tidak pernah mengikuti takbir keliling, ketika diajak anak-anak kecil tetangga rumah ortuku, dia senang sekali. Tak henti-hentinya dia menceritakan pengalamannya ikut takbir keliling. Sama seperti rasa yang aku rasakan waktu kecil dulu kali ya.
Alhamdulillah sekarang di kampung ortuku sudah didirikan masjid, sehingga membantu kedua orang tuaku untuk belajar agama. Minimal mengikuti pengajian yang diadakan di masjid. Semoga kita dapat menyelesaikan ibadah di bulan ramadhan ini dengan baik dan lancar serta layak menjadi pemenang. aamiin.
Alhamdulillah, wassalamu’alaykum.
#Day17 #BPNetwork #BPNChallenge2019 #BPNChallengeRamadhan2019