Sering kan kita dihadapkan pada dilema pilihan. Seperti halnya kondisi aku saat ini. Marilah kita mulai curhat di tulisan minggu ini. Ya..aku dihadapkan pada pilihan..“Resign atau Tidak Resign”…terlepas suamiku kerja di LN ataupun tidak…dilema ini sudah kualami sejak hari pertama aku masuk dan bergabung di kantorku ini. Bukan kantor besarnya yang menjadi masalah, justru aku sangat bangga diberi kesempatan untuk bergabung di dalam keluarga besar Institut Pendidikan terhebat di negeri ini, namun aku tidak suka dengan direktorat kecil yang menjadi tempatku menjemput rezeki selama hampir 10 tahun ini. Kalo dilema keraguan ini tidak mengganggu pikiran produktif aku siy tidak mengapa, namun saat ini psikologis ku semakin terguncang, penyakit malas mulai menyerang dan jujur ya menjadi seorang yang tidak produktif itu sangatlah tidak bermanfaat dan tidak menyenangkan.
Sebuah kebanggaan tersendiri ketika aku bisa bertahan di sebuah tempat kerja yang tidak ku suka hingga hampir 10 tahun lamanya. Melepas ingatan kembali ke beberapa tahun lalu…ketika aku tidak suka dengan kondisi kantor, aku pun dengan semangat berburu lowongan kerja yang baru untuk meninggalkan hal apapun yang tidak aku suka. Kali ini aku terdiam, aku seperti kehilangan arah untuk melangkah mencari tempat bertengger yang baru. Aku kurang bersemangat menyusun CV baru padahal ada beberapa peluang yang disodorkan di hadapanku. Sikap inilah yang pada akhirnya mungkin membuat aku mampu bertahan hampir 10 tahun lamanya bergulat dengan hal yang tidak aku suka.
Selama ini lingkup pekerjaan aku berhubungan dengan administrasi, yang jauh dari dunia teknis. Aku berinteraksi dengan sebuah rutinitas harian yang apabila kita tidak dapat menghiasnya dengan kegiatan asyik lainnya maka kita akan tenggelam di dalam kematian otak. Kita akan pergi ke kantor seperti robot…datang, duduk, kerjakan apa yang ada di meja, nunggu gajian, ngobrol tentang fashion terkini-anak-belanjaan, trus pulang..tanpa ada secuil ilmu pun yang kita dapatkan. Bagi beberapa pekerja yang menjadi ujung tombak harapan pimpinan ada sedikit tambahan kerjaan yaitu ikut memikirkan keegoisan pimpinan yang ingin mengatur atau lebih tepatnya mengintervensi sebuah hasil pekerjaan yang sudah disusun sesuai prosedur.
Aku pernah bekerja di lingkungan swasta maupun di instansi pemerintah. Yang namanya idealisme, keegoisan pimpinan, saling sikut itu pasti ada. Di swasta, justru sangat keliatan yang namanya kompetisi kinerja dibandingkan di instansi pemerintah. Kembali ke kantorku saat ini, ada orang yang jelas kinerja nya kurang tetap dipertahankan karena berbagai pertimbangan dan orang yang bisa kerja akan selalu diberdaya untuk mewujudkan idealisme pimpinan. Dari awal aku kerja disini, aroma seperti ini langsung terasa sekali, hanya karena keinginan untuk meneruskan kuliah lebih besar, aku pun bertahan. Hampir setiap mengalami kejenuhan aku selalu mencari hiburan ntah kuliah, ntah ikutan kursus, ntah ikutan komunitas untuk mencari teman baru agar kepala tetap waras dalam berpikir. Namun sepertinya tahun ini adalah puncak kejenuhan aku. Aku harus keluar.
Suamiku sangat mendukung, walo aku masih bingung…habis resign trus ngapain ya?..masih kehilangan arah. Namun untuk bertahan pun aku sudah tidak sanggup. Aku dulu tidak seperti ini, aku selalu encer merencanakan habis ini aku mau ngapain, habis itu aku siapkan apa. Dulu aku kerja di proyek yang usia proyeknya 2 tahun, jadi setiap 2 tahun, aku selalu punya rencana mau apa, kemana dan mo ngapain? sampai halnya aku bisa kesampaikan mencapai cita-cita meneruskan sekolah S2. Nah..setelah tercapai sekolah S2, aku seperti kehabisan ide merancang hari-hari depanku. Maka ketika diminta resign, aku banyak bengong…habis itu ngapain ya??? seperti buntu saja ide itu di kepalaku. Suamiku bilang…Allah SWT sudah menyediakan rezekimu, tinggal kamu ikhtiar menjemputnya…dan menjemputnya pun tidak harus dengan bekerja kantoran, bisa melalui cara yang lain. Suami siy lebih senang aku kerja dari rumah…bukan nganggur ya…tapi kerja dari rumah karena suamiku sangat tahu aku, aku gak akan sanggup diam dan berinteraksi dengan kerjaan rumah full 100%, jadi harus tetap dikasih pekerjaan yang sesuai dengan keilmuanku.
Oia….Allah SWT sangat sayang padaku, apa yang aku minta selalu DIA kabulkan. Sewaktu aku masih bekerja sebagai pegawai proyek tahunan atau pegawai kontrak, aku berdoa ingin menjadi pegawai tetap dan dikabulkan lah sehingga aku menjadi pegawai tetap di Institut ini. Setelah menjadi pegawai tetap, aku ingin bisa meneruskan kuliah S2, dikabulkan kembali keinginanku hingga aku bisa kuliah di Institut ini walopun nyaris DO. Kini, aku pun berdoa kembali, aku memohon aku dihilangkan dari kejenuhan ini, dan suamiku berdoa juga memohon aku mengikuti keinginannya untuk bekerja dari rumah. Marilah kita tunggu, apakah ini akan dikabulkan oleh Nya?
Sooo…udah yakin akan resign? InsyaAllah sudah, surat resign nya juga udah siap kok, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk diserahkan ke pimpinan. Semangaaaaattttttt…aku pasti bisa! Lakukan saja dulu, hasilnya gimana nanti karena itu adalah hak sepenuhnya Allah SWT.
1 thought on “Tinggalkan segala keraguan”