Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaykum kawan narablog.
Merindukan sesuatu pasti akan membuat suasana hati kita bahagia, bukan begitu kawan? Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang bertabur pahala bagi setiap kebaikan yang kita lakukan. Bagi setiap orang yang beriman, pasti akan merasakan kerinduan yang luar biasa akan hadirnya bulan Ramadhan. Bahkan, kita sudah menantinya sejak bulan Rajab, kemudian masuk Syaban dan kemudian bulan Ramadhan. Mayoritas muslim termasuk aku memanjatkan doa kepada Allah SWT agar dapat diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan di tahun berikutnya.
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan ramadhan dalam kondisi keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu”
HR. Bukhari dan Muslim
Bulan ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam. Ada rasa yang berbeda ketika menjalani aktivitas di bulan ramadhan ini. Lalu, apa yang membuat aku merindukan bulan ramadhan di setiap tahunnya?
#1. Suasana Bulan Ramadhan
Suasana bulan ramadhan selalu berbeda dengan bulan-bulan yang lain. Masjid yang biasanya tidak banyak jama’ah, menjadi penuh karena ingin melaksanakan shalat tarawih berjama’ah. Berbagai kegiatan dilaksanakan seperti tadarus, buka puasa bersama dan itikaf pada 10 hari terakhir di bulan ramadhan. Masyarakat terlihat antusias menyambut dan menjalani bulan ramadhan ini. Munculnya pedagang musiman yang menjual makanan takjil.
Bangun dini hari untuk sahur pun dilakukan dengan semangat. Apabila puasa senin-kamis, terasa malas bangun untuk sahur karena sendirian. Namun selama bulan ramadhan ini dijalani dengan semangat karena seluruh keluarga bangun bersama. Suasana lingkungan juga terasa lebih damai dan syahdu. Di bulan ramadhan ini terdapat 1 malam yang selalu dinanti oleh semua muslim di belahan dunia manapun, yaitu Malam Lailatul Qadr.
#2. Kebersamaan bersama Keluarga
Kebersamaan bersama keluarga selama bulan Ramadhan juga semakin terasa. Kami makan sahur dan buka puasa bersama. Apabila di bulan-bulan yang lain terkadang aku melewatkan makan malam bersama anak-anak, selama bulan ramadhan, aku dapat menikmatinya bersama anak-anak. Aku bisa sampai di rumah sebelum adzan maghrib, sehingga masih bisa bermain dengan anak-anak lebih lama. Kalo di bulan biasa, aku selalu sampai di rumah setelah adzan maghrib dimana anak-anak biasanya sudah makan malam dan bersiap untuk belajar. Namun ini adalah bulan ramadhan kedua kami menjalani tidak bersama Pak Suami. Sedih siy, namun kondisi yang harus dijalani seperti ini ya baiklah kita nikmati dan syukuri saja. Semoga Pak Suami juga dapat menjalani bulan ramadhan dengan baik di benua sebrang sana. aamiin.
#3. Jam Kerja yang berkurang
Nah, ini berhubungan dengan poin di atas. Selama bulan ramadhan, jam kerja kantorku berubah. Pada bulan biasa, kami pulang kantor pukul 16.30 wib, selama bulan ramadhan kami pulang pukul 14.30 wib. Pengurangan selama 2 jam ini sangat berarti bagiku. Hal ini aku manfaatkan untuk pulang tepat waktu sehingga dapat mengisinya dengan maksimal bersama anak-anak. Anak-anak pun bahagia melihat ibunya yang pekerja tangguh ini pulang di sore hari dimana matahari masih bersinar terang.
Ibarat kata, Ibu senang, anakpun senang – hehehehe. Memang siy, urusan jam kerja ini masalah duniawi. Namun memberikan kebahagiaan tiada tara bagi pekerja seperti aku ini. Kadang berpikir, bagaimana kalo 11 bulan lainnya sama seperti bulan ramadhan, pastinya menyenangkan bukan? – hehehehe.
Bulan Ramadhan berbeda dengan bulan yang lain bagiku. Ada semacam semangat yang berbeda dalam menjalaninya. Semangat dalam memperbaiki diri pastinya terutama dalam beribadah. Semoga kita dapat menjalani ibadah di bulan ramadhan ini dengan baik dan dipertemukan kembali dengannya nanti. aamiin. Semangat dan keistiqomahan ibadah kita di bulan ramadhan ini tetap akan kita bawa di bulan-bulan yang lain, seolah menjadikan bulan yang lain memiliki semangat seperti di bulan ramadhan ini.
Alhamdulillah, Wassalamu’alaykum.
